Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dikriminasi itu Masih Tetap Berlanjut

6 Mei 2017   18:38 Diperbarui: 6 Mei 2017   19:34 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Diskriminasi itu Masih Terus Berlanjut

Seringkali kita mendengarkan komentar:" Kasihan ya",namun terhenti hanya sebatas mengucapkan dua kosa kata ini saja. Begitu juga kalau ada wanita cantik,yang mengatakan takut menyeberangi jalan,maka yakinlah akan banyak orang yang tanpa diminta ,datang menolong menyebrangkan si wanita tersebut.Tapi bila yang mau menyebrang adalah seorang nenek nenek yang sudah keriput, paling orang hanya berkomentar miring,:"sudah tua gini,masih jalan sendirian,kasihan ya".Tapi amat jarang yang tergerak hatinya ,untuk melangkah dan mengulurkan tangan untuk membantu menyeberangkan si nenek ,hingga selamat tiba di seberang jalan.

Begitu juga dalam kendaraan umum, tampak ada pria yang meletakkan tas dikursi yang ada disampingnya. Ketika tampak ada nenek nenek yang juga ikut naik transportasi umum dan tidak kebagian tempat duduk,si Pria pura pura sibuk membaca atau pura pura tertidur.Tapi kalau yang berdiri di depannya adalah seorang gadis cantik,maka spontan,memindahkan tas nya dan dengan sangat elegant menawarkan tempat duduk.

Jelas ini adalah sebuah bentuk diskriminasi dalam corak dan ragam yang lain.Kalau kita memang mau menolong,maka tolonglah siapa saja,jangan tengok wajahnya atau pakaiannya. Malahan sesungguhnya,nenek nenek yang sudah tua dan berjalan saja tertatih tatih,lebih layak untuk diprioritaskan dari pada wanita muda.

Hal ini saya saksikan sendiri,ketika sehabis parkir di Tanah Abang dan akan menyeberangi jalan  menuju ke Blok F.Masalah diskriminasi artinya membeda bedakan perlakuan terhadap orang,berdasarkan suka atau tidak suka,termasuk orang lebih suka menolong wanita yang masih muda,ketimbang menolong nenek nenek yang sudah tua renta,yang justru sesungguhnya sangat membutuhkan bantuan kita.

Revolusi Mental harus Dimulai dari Hal Hal Kecil

Revolusi mental yang dicanangkan oleh Presiden RI ,Joko Widodo,tampaknya hanya bergaung sebatas di telinga saja,tapi tidak mampu diserap hingga kedalam hati. Maka terjadilah seperti apa yang dapat kita tengok dalam keseharian Masih teramat banyak orang yang belum terketuk hatinya untuk menghargai orang tua dan memberikan tempatnya ,bilamana dibutuhkan.Tanpa perlu diminta,apalagi disuruh suruh.karena bangsa Indonesia,konon adalah bangsa yang ramah tamah.

Tampaknya revolusi mental,tidak cukup hanya dicanangkan saja,tapi sungguh sungguh harus diterapkan mulai dari anak anak sekolah. Mereka perlu dididik,untuk memberikan tempat kepada orang yang lebih membutuhkan,tanpa menengok apakah orangnya menarik atau tidak.

Anak anak perlu dididik,untuk tidak hanya sekedar mengatakan :" kasihan ya" tapi mengulurkan tangan dan membantu orang yang membutuhkan. Bukan hanya sekedar menyeberangi jalan,tapi juga membantu  dalam hal apapun,sesuai kemampuan diri.

Sehingga frasa,bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah tamah dan senang membantu,tidak hanya sekedar pemanis mulut,tapi sungguh sungguh di aplikasikan dalam keseharian. Hal kecil yang tampak sepele .Membantu orang tua menyeberangi jalan atau memberikan tempat duduk kita ,bukanlah hal spektakuler dan dijamin tidak akan menjadi berita koran,apalagi sampai masuk ke siaran tv.Akan tetapi semua hal hal besar,selalu diawali dari hal yang kecil.Begitu juga ,dalam hal revolusi mental,tidak mungkin secara serta merta mengubah sikap mental yang sudah terbentuk selama puluhan tahun.Perlu dimulai dari hal hal kecil,sebelum meningkat pada perkara yang lebih besar

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun