Bukan Makan Gratis
Menengok antrian panjang.hingga orang harus sabar menunggu hampir dari satu jam, terbayang oleh saya ,sewaktu tempo doeloe,ada pembagian jatah beras,untuk warga kota Padang yang kurang mampu. Walaupun yang dibagikan adalah beras yang sesungguhnya tidak layak dikonsumsi,karena sudah rusak, tapi yang namanya orang lagi kesusahan,apapun yang dapat dimakan ,sudah disyukuri.Apalagi dapat beras dua kilogram perkepala keluarga,yang dapat di jadikan bubur dan dikonsumsi selama satu minggu.
Tapi pagi ini,ada juga antrian yang tidak kalah panjangnya dari antrian beras gratis atau nasi bungkus gratis,tapi walaupun panjang antriannya sama panjang,tapi bedanya yang ini bayar. Dua restoran yang berkapasitas tempat duduk 125 orang, penuh sesak,sementara diluar ada antrian menunggu  giliran.
Seperti kalau kita kedokter gigi ,ada nomor antrian,maka di kedua restoran inipun,kami harus antri sesuai nomor. Saya dan istri diajak anak dan mantu kami,berserta cucu cucu dan mantu cucu,untuk menikmati makan siang Dim Sum di Kota Perth. Kalau cuma untuk tempat duduk 4 orang,tidak terlalu lama menunggu antrian,tapi karena total kami semuanya berjumlah 9 orang,yang terdiri dari kami berdua, putra kami Irmansyah dan istri Luciana,serta cucu cucu dan mantu cucu kami Astrid,maka kami harus sabar menunggu ,hingga ada meja yang cukup untuk menampung kapasitas 9 orang,duduk makan bareng disatu meja makan.
Daya tarik masakan oriental,ternyata mampu mengalahkan produk makanan cepat saji,sejenis "Fitsa Hats".Setidaknya ,itulah yang tercermin,ketika memperhatikan sosok orang yang antrian untuk menikmati santap siang di kedua restoran Oriental ,yang berlokasi di Roe Street. Berseberangan jalan dengan Central Station Perth di ibu kota Western Australia ini. Mengapa saya dapat mengambil kesimpulan demikian? Tentu bukan berdasarkan opini atau menggunakan ilmu penarawangan,melainkan berdasarkan fakta dari tipe orang orang yang berbaris antrian disana. Karena justru lebih dari separuhnya adalah warga Australia yang berkulit putih.
Orang Barat sendiri,kebanyakan menilai ,fast food atau makanan cepat saji western food,adalah termasuk :"Junk Food". Yakni dikategorikan makanan yang tidak sehat. Bahkan dalam bahasa vulgarnya dikatakan :"makanan sampah",karena hampir tidak ada manfaatnya bagi kesehatan,malahan dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan.
Karena  itu mereka lebih memilih Oriental food,yang fresh berdasarkan oder. Begitu kita dapat tempat duduk, hanya dalam hitungan detik,sudah ada yang mengantarkan pilihan menu langsung ,yang masih hangat mengepul. Jadi menu,bukan berdasarkan pesanan tertulis,melainkan :"suka dan comot" . Jadi kalau kita suka Somoy,tinggal tunjuk dan si Amoy akan menurunkan bakul kecil berisi 4 biji Somoy. Atau yang lain,mau bakpau.tahu goreng. udang goreng,bubur ,sayur,ikan,bakso dan seterusnya.