Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bila Membelakangi Pancasila Indonesia akan Kalah ?

8 September 2014   16:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:19 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14101428821266527536

Inikah Penyebab Bangsa Indonesia Kalah ?

[caption id="attachment_341563" align="alignleft" width="640" caption="taufik effendi dan tjiptadinata effendi/ft doc. tjiptadinata effendi"][/caption]

Keterangan foto: Taufik Effendi dan istri / Tjiptadinata Effendi dan Istri.(doc.tjiptadinataeffendi)

“Dosa paling besar yang membuat bangsa ini terus terpuruk dan kalah bersaing dengan negara negara di dunia, karena bangsa initerlalu lama menghianati , mengingkaridan melupakan Pancasila”…. Lama saya terpana membaca kalimat ini. Saya ulangi hingga 3 kali membacanya,bukan karena tidak paham maknanya, tidak juga akibat amnesia saya kambuh. Tapi serasa ada sesuatu yang tajam bagaikan sembilu terasa dihati.

Pikiran saya menerawang jauh,entah kemana. Mungkin secara tanpa sadar, hati dan jiwa saya mencoba melakukan introspeksi diri. Mengapa sayamerasa terhenyak membaca kalimat ini. Apakah mungkin saya termasuk kelompok yang disebutkan dalam kalimat tersebut? Saya memejamkan mata saya dan mencoba menelusuri relung relung dan sudut sudut hati . Tapi syukurlah tidak saya temui pengingkaran didalamnya ,apalagi sampai menghianati. Namun kalimat tersebut terasa sangat tajam dan mampu membedah hati siapa saja, yang mungkin pernah mengingkari Pancasila.

Kembali saya menekuni buku kecil yang ada ditangan saya. Sebuah kenangan yang sangat berharga ,diberikan secara langsung oleh Penulisnya ketangan saya. Nama belakangPenulisnya sama dengan nama saya,bahkan initialnya persis juga sama. Tapi nama boleh sama, namun garis tangan kami memiliki jalur tersendiri.

Penulis buku yang sedang saya baca adalah BrigJen.Pol.(P).Taufik Effendi M.B.A.Sewaktu beliau memberikan saya buku kenangan ini, Taufik Effendi masih berstatus MenPAN –Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Hobby sama,yakni suka menulis dan kami sama sama Master di bidang Reiki. Namun beliau menteri ,sedangkan saya bukan siapa siapa, hanya orang biasa biasa saja. Pada halaman depannya tertulis:” PakTjip,semoga buku ini bermanfaat” ,tanda tangan dan tertulis tanggal : 28 Juni. 2008.

Buku yang berjudul: “ Menuju Indonesia Jaya “ ini, di berikan kata pengantar olehGubernur Lemhanas pada waktu itu .Prof.Dr. Muladi ,SH. ,yang menyebutkan buku karya Taufik Effendi ini bagaikan masakan Padang, yang serba lengkap dan diminati banyak orang.

Mengutip Prof.Dr.Syafii Maarif,(mantan Ketua PP.Muhammadiyah),yang pernah dimuat di Harian Suara Pembaharuan ,tertanggal 19 Mei. 2008. Yang menegaskan bahwa momentum Kebangkitan Nasional seyogyanya menjai bahan perenungan seluruh komponen bangsa,kemana arah bangsa ini berjalan.

Dikatakan , dosa paling besar yang membuat bangsa ini terus terpuruk dan kalah bersaing dengan negara negara di dunia, karena bangsa ini terlalu lama menghianati, mengingkari ,dan melupakan Pancasila.Padahal hanya Pancasila dan UUD.45 .bangsa ini dapat diselamatkandan berusaha terus berharap bangsa ini akan menjadi lebih baik dimasa depan. Soal bagaimana bentuk negara,itu bisa dimusyawarahkan ,asalkan jangan lagi mendustai Pancasila”

Kalimat yang to the point, tidak menggunakan bahasa parable dan tidak berkelok kelok,tapi langsung menghujam, bagi siapa yang merasa terkena tentunya. Sedangkan bagi kita, yang tidak merasa pernah mengingkari Pancasila, setidaknya menjadi alarm, yang ,mengingatkan kita semuanya,bahwa Pancasila adalah dasar atau pondasi negara. Dan sebuah pondasi tentunya tidak boleh tergoyahkan oleh siapa atau apapun. Karena bila Pondasi goyah,maka gedungnya akan ambruk.

Bukan Resensi Buku

Cuplikan dari buku tersebut, tentu tidak dapat dikategorikan sebagai resensi buku. Apalagi mengingat secara pribadi saya sama sekali tidak berpengalaman dalam menuliskan resensi buku .Jadi tulisan ini,, hanyalah bagian dari esensial buku ,yang menurut saya sangat relevan untuk disimak dan dijadikan renungan diri. Tidak ada maksud lain, apalagi buku ini tidak pernah dijual, hanya dibagikan kepada kalangan terbatas.

Juga tidak untuk menimbulkanpro dan kontra. Mungkin kita perlu bertanya masing masing kepada diri sendiri. Disana akan ada jawabannya.

Semoga ada manfaatnya.

Mount Saint Thomas , 8 September, 2014

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun