Bersyukur di Usia 73 Tahun Masih Mampu Menaklukkan Puncak Vetta Amiata
Pagi ini ,sambil menikmati secangkir capucinno dan sarapan pagi, adik kami Margretha bertanya apakah kami berdua masih kuat untuk mendaki gunung? Sesaat saya memandang istri saya Lina. Tidak bertanya dalam bahasa verbal.tapi Lina sudah tahu ,bahwa itu adalah sebuah pertanyaan dari saya:” Gimana kita ikut?”
“Boleh” kata istri saya mantap. Lha ,masa suami kalah dari istri? Maka saya juga spontan jawab :” Oke.padahal belum nanya gunung setinggi berapa?
“Hmm … Vetta Amiata itu artinya gunung Amiata “ kata suami Margareth untuk menyakinkan diri. Yang tentu saja diterjemahkan oleh Margareth. “ kalau tingginya kurang dari 1000 meter, disebut bukit. Kalau tingginya lebih dari 1000 disini disebutkan gunung”.Kata Margareth menegaskan.
Sudah Terlanjur Confidence
Sesaat saya sempat agak kaget dan berpikir dalam hati:” wah..saya pikir tadinya naik bukit”Tapi sudah terlanjur ngomong besar,kan malu ,kalau mau mundur? Maka saya jawab:” Yaaa ngga apa apaa”(sambil mikir)
Maka kami segera bersiap siap. Ganti sepatu. Bawa ransel berisi minuman dan tidak lupa saya bawa laptop. Kami singgah sebentar di toko Kiara, sahabat Margareth yang telah meminjamkan villa nya secara gratis untuk kami menginap. Pamitan dan segera berangkat.
Sebelum mendaki kami singgah di toko Kiara, yang meminjamkan kami villa nya dengan gratis