foto : shutterstock
Bersyukur Jalan Menemukan Kedamaian Hati
Begitu kita terbangun dipagi hari, maka sebuah pilihan sudah ada di depan mata . Sebagai manusia, tidak jarang pikiran kita langsung terpaut pada berbagai masalah hidup. Persediaan beras yang sudah habis dirumah. Uang sekolah anak yang sudah dua bulan nunggak. Dagangan merugi terus. Atau membayangkan kemacetan yang akan di hadapi ,wajah Boss yang pemberang dan seterusnya
Seakan sebuah film horor dipertontonkan dihadapan kita.Bagi yang pernah alami hidup susah dan menderita, pasti pernah mengalami hal hal seperti ini. Mungkin tidak persis sama atau alurnya berbeda,namun intinya adalah sebuah bayangkan menakutkan,menghadapi hari hari dalam hidup ini.
Bila kita membiarkan pikiran pikiran ini merasuki hati ,maka seketika, sadar ataupun tidak, wajah kita akan berubah murung. Perasaan hati jadi tidak karuan. Dan hal ini akan merembet kepada sikap pada istri dan anak anak. Kopi yang terlambat disediakan istri bisa jadi pencetus meledaknya kemarahan.Anak anak yang bernyanyi nyanyi dengan suara keras,langsung dibentak bentak. Mengebrak meja ,membanting pintu kamar atau yang lebih gila lagi membanting cangkir kopi hingga pecah, hanya lantaran kurang manis.
Maka jadilah kita penebar terror dalam rumah tangga sendiri. Kita yang seharusnya mengayomi, melindungi dan memberikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh anggota keluarga, tanpa disadarai sudah berubah.Walaupun dalam ujud phisik masih dalam wajah lama, namun sikap dan prilaku sudah berubah total.
Bersyukur Adalah Jalan Menemukan Kedamaian Hati
Sesungguhnya ada begitu banyak hal yang patut disyukuri dalam hidup ini . Tidak sedikit orang, yang tidur dan keesokkan harinya tidak pernah bangun lagi. Sudah pernah merasakan ,begitu mau bangun ,tiba tiba pinggang sudah tidak bisa digerakkan sama sekali? Atau begitu mau bangun ,tiba tiba terkena serangan stroke dan mengalami kelumpuhan. Ada juga yang ketika mau berbicara, ternyata mulutnya sudah mencong dan perkataan yang keluar hanya :” baaa baaa”
Mengapa tidak kita awali hari hari kita dengan bersyukur? Atau haruskan kita menunggu hingga salah satu petaka itu hinggap pada diri kita untuk menyadarinya.?
Pengalaman Pribadi
Suatu waktu di tengah malam saya tersentak, ada rasa sakit yang begitu luar biasa pada bagian pinggang, Begitu sakitnya, hingga setiap tarikan nafas, serasa ada pisau yang mengiris bagian dalam dari pinggang, Mau ke toilet, merangkakpun tidak mampu. Sehingga harus dibantu oleh anak dan istri. Serasa pagi itu akan menjadi hari terackhir bagi diri saya. Rasa sakit rasanya sudah melampaui ambang ketahanan diri. Seminggu total tidak dapat bergerak……