Berbicara Dari Hati, Menjauhkan Kita Dari Kemunafikan
Speak from your heart! Kalimat ini amat sering kita dengar bahkan mungkin saja sudah pernah kita ucapkan. Maksudnya jelas, berbicaralah dari hati mengapa? Karena ketika orang berbicara dari hati,maka orang akan mendengarkan pula dengan hati. Akan tetapi bila orang berbicara hanya dengan mulut saja,maka apa yang dibicarakannya akan didengar hanya dengan telinga. Dalam waktu satu atau dua jam,maka orang akan lupa,tentang apa yang dibicarakannya.
Begitu pula,bila orang berbicara dengan mengandalkan kecerdikan, maka yang disampaikannya adalh sesuatu yang indah indah dan mungkin dapat membuat orang berdecak kagum,namun belum tentu melakoni tentang apa yang diajarkan kepada orang lain. Karena otak atau pikiran manusia identic dengan egoisme, yang selalu ingin mengedepankan kelebihan diri, dengan memanfaatkan segala potensi yang ada pada dirinya.
Sementara hati nurani yang sesungguhnya merupakan penyaring tentang apa yang akan dikatakannya ,sama sekali tidak diikut sertakan. Akibatnya,semakin lama, orang akan semakin terjerumus pada kemunafikan. Karena apa yang diajarkannya kepada orang lain,bukanlah berdasarkan pengalaman hidupnya, melainkan berdasarkan kecerdikan berpikirnya.
Tampil Apa Adanya
Hidup yang paling aman dan nyaman ,adalah tampil apa adanya. Ibarat orang Tionghoa jualan mie,semua bahan yang akan disajikan, dipertontonkan dan dapat ditengok oleh siapapun. Sehingga setiap orang yang berbelanja, tidak pernah merasa terkecoh,karena semua bahan baku masakan sudah diperagakan secara utuh, termasuk cara memasaknya.
Dalam kehidupan nyata, ketika berinteraksi dengan siapapun, alangkah arifnya bila kita tampil apa adanya. Dalam kata lain : ” inilah diri saya,dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri saya”. Sehingga siapapun yang pernah menjadi teman atau menjalin hubungan persahabatan dengan diri kita, kelak tidak pernah akan menyesal,karena merasa dibohongi.
Silakan ,kalau ada orang yang mau menelusuri, silsilah kita. Siapa nenek moyang kita, siapa orang tua kita dan sesungguhnya apa saja yang kita kerjakan selama ini atau bagaimana hidup yang kita jalani selama ini ditengah tengah masyarakat.
Ketika kita bercerita tentang hidup berbagi, orang dapat menguji kebenaran kata kata atau tulisan kita,apakah benar kita sudah mengaplikasikan hidup berbagi dalam lingkungan kita. Dan bila kita berkisah tentang hidup bertoleransi, maka kita harus siap,bila latar belakang kehidupan kita, ditelusuri oang,untuk menyakinkan,apakah benar dalam hidiup nyata, kita mampu mengaplikasikan hidup bertoleransi.
Hindari Menceritakan Kebohongan
Sebagai manusia,jelas tidak ada manusia yang sempurna, kecuali Tuhan. Tapi setidaknya kita harus mampu menghindari diri dari menceritakan seakan kita sudan banyak berbuat baik ,untuk bangsa dan negeri kita.. Selama ini secara sungguh sungguh kita sudah mempratekkan hidup berbagi dengan berkunjung ke lokasi gempa bumi, longsor, banjir dan petaka lainnya,serta ikut berperan secara aktif membantu sesama secara lintas suku, budaya dan agama.