[caption id="attachment_382215" align="aligncenter" width="600" caption="belajar dari hal hal kecil/tjiptadinata effendi"][/caption]
Belajar di bangku sekolah akan mendapatkan ilmu pengetahuan. Belajar dari setiap kejadian dalam hidup ,akan hadirkan kearifan hidup.
Bila Orang Lupa Berterima Kasih Kepada Kita
Dalam kalimat :” Terima kasih”, bila diucapkan dengan tulus, sesungguhnya bermakna sangat dalam, yakni :” saya sangat senang,karena anda mengasihi saya”.Tentusaja kata :”mengasihi “ tidak berkonotasiakan cinta antara pria dan wanita. Tetapi terlebih pada pemahaman,terima kasih anda sudah menyayangi saya,sehingga memberikan perhatian Baik perhatian yang bersifat non phisik,maupun perhatian dalam bentuk benda.
Namun seiring dengan perkembangan jaman, ucapan terima kasih,terkadang menjadi tawar dan kurang bernilai, karena diucapkan secara asal asalan.
PemberianTidak Dihargai Orang
Untuk menyenangkan hati orang, ternyata tidak semudah seperti tampak dipermukaan.Karena setiap orang memiliki pemahaman tersendiri dalam menerima pemberian kita. Pengalaman saya selama tinggal di Australia, setiap kali pulang kampung ke Indonesia, kami senantiasa membelioleh oleh kecil. Karena itulah kemampuan kami. Karena yang akan kami bagikan bukan sepuluh dua puluh orang, melainkan sekitar dua ratus orang.
Oleh oleh kecil yang bisa tahan lama.diantaranya adalah mainan kunci atau gunting kuku, dari Australia,yang harganya hanya sekitar 3 – 4 dolar atau senilai lebih kurangRp. 40.000 ,- per satu. Setiap kali pulang ke Indonesia, setidaknya kami beli 200 buah mainan kunci ataupun gunting kuku,untuk dibagikan kepada teman teman yang bertemu dengan kami ,selama di Indonesia.
Benda yang Diberikan persis sama.namun reaksi bisa berbeda beda
Kendati bukan tipe orang yang gila hormat ataupun terobsesi untuk di sanjung sanjung, tetapi jujur, tentu kita akan senang,bila pemberian kita, walaupun nilainya tak seberapa, diterima dengan senang hati.
Merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri, karena ternyata benda kecil yang kami berikan ,ternyata dapat memberikan sebuah keceriaan kecil bagi hampir setiap orangyang menerimanya.
Namun diantaranya ada beberapa yang memberikan komentar, yang pada awalnya membuat saya tersentak,yakni :” Aduh, jauh jauh dari Australia ,oleh oleh nya masa cuma ini pak..Yang agak berbobot dong paaak”.
Walaupun diucapkan dengan nada bercanda, tapi tak urung saya tersentak dan jujur agak kecewa. Rasanyabarang yang kami angkut dari Australia hingga ke Indonesia, ternyata ,sama sekali tidak dihargai. Apakah kita masih akan tetap memberikan sesuatu kepada orang yang tidak menghargai pemberian kita? Tentu kita akan berpikir ulang.
Refleksi Diri
Sayaselalu belajar dari setiap kejadian dalam perjalanan hidup, betapapun kecil dan sepelenya. Malamnya saya adakan waktu untuk perenungan diri. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apa sikap saya selanjutnya?
Tiba tiba saya tersentak. Saya merasakan bahwa saya juga sering berbuat demikian. Saya lupa bersyukur kepada Tuhan, terhadap segala sesuatu yang diberikan kepada saya. Karena apa yang saya terima, tidak seperti maunya saya.. Saya jadi merinding dan bersyukur kepada orang yang sudah mengecewakan saya, dengan mengatakan:” Masa Cuma ini oleh olehnya?”
Karena hal ini menyadarkan saya, bahwa selama ini saya teramat sering lupa berterima kasih kepada Tuhan, untuk hal hal yang saya anggap kecil.
- Tiap hari saya masih bisa melihat matahari terbit
- Saya bisa bernafas
- Saya bisa mengerakkan tangan dan kaki
- Saya bisa berbicara
- Saya bisa mendengarkannyanyian merdu
- Saya bisa berpikir dengan jelas
- Saya bisa menulis
- Saya bisa makan dan minum.
Memberi Dengan Ikhlas
Sejak saat itu saya bertekad untuk mengubah sikap mental saya. Ketika saya memberi,maka saya tidak mengharapkan ucapan terima kasih .Serta tidak akan merasa kecewa,bila apa yang saya berikan ,tidak dianggap. Karena saya sudah menerima sesuatu yang tak terhingga dari Tuhan, yang patut saya syukuri sepanjang hidup .
Setiap pagi,begitu bangun tidur, maka kata pertama yang saya ucapkan dalam hati adalah:"Terima kasih Tuhan. Saya masih hidup"
Tulisan ini sama sekali jauh dari maksud menggurui siapapun. Hanya berbagi kisah hidup, bagaimana saya belajar melihat kesalahan orang lain. Bukan dengan menghakimi mereka, tapi dengan berkaca diri, jangan jangan saya sudah melakukan kesalahan yang jauh lebih besar.
Mount Saint Thomas, 6 Mei ,2015
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H