[caption id="attachment_303526" align="aligncenter" width="300" caption="doc.pri"][/caption]
Untukmu Indonesiaku
Saya adalah salah satu dari sekian juta anak bangsa ,yang tercecer di negeri orang. Berbagai pandangan dan komentar sinis terhadap kami yang tercecer di rantau orang,bagi saya tidak menjadi masalah.Karena hidup itu memang penuh dengan penilaian penilaian Bagaimana penilaian orang lain terhadap diri kita,tidak akan mengubah apapun. Yang terpenting adalah bagaimana kita menilai diri sendiri.
Apakah karena tinggal di luar negeri, dengan berbagai fasilitas:dan biaya kesehatan yang total gratis, rasa nasionalis saya menjadi tergerus arus dan pada akhiranya pupus? Ataukah mungkin berbagai kemudahan lainnya,yang jujur,belum sekali juga pernah saya dapatkan selama puluhan tahun tinggal ditanah yang menjadi tumpah darah saya,misalnya: bis,train ,feri yang total gratis dan masih ditambah dengan uang “THR” yang masuk kerekening tiap tahunnya,telah membutakan mata hati saya?
Saya tidak akan bertanya pada orang lain,karena falsafah hidup saya adalah :” Ask your heart,because the answer is in your heart” .Dan saya sudah lakukan hal itu. Bertanya pada diri sendiri,tidak hanya sekali dua,tetapi dalam setiap renungan diri saya
[caption id="attachment_303550" align="aligncenter" width="300" caption="doc,pri/ berada ditengah penduduk desa"]
Kata kata bijak mengatakan:” Bila anda ingin memperbaiki dunia, mulailah terlebih dulu dengan diri sendiri” . Walaupun terkesan kuno,tetapi tetap up to date untuk kita simak dan diterapkan dalam perjalanan hidup.
Kita semuanya berharap Indonesia bisa berubah,menjadi lebih baik dalam segala hal. Pendidikan.kesehatan dan kesejahteraan. Namun untuk meraih kesemuanya itu perlu ada rasa aman dan damai dalam hati .Hal inilah yang agaknya,masih jauh panggang dari api. Kebanyakan orang sibuk untuk urusan yang “besar”,seperti politik dan partai,sehingga hal hal yang menyentuh nilai nilai kemanusiaan,dianggap kecil. Sehingga jangankan terjangkau oleh suatu tindakan perbaikan,malah sama sekali tidak terjangkau dalam alam berpikir. Salah satunya adalah mencari jalan dan sekaligus mempraktekkan bagaimana menjadi perekat antar suku dan daerah ,yang terdiri dari beragam perbedaan.
Salah satu cara yang paling ampuh,adalah mengunjungi dan menjadi sahabat mereka. Suara seorang yang dianggap sahabat,pasti akan lebih di dengar,dari pada suara seseorang yang tidak dikenal.
MENERAPKAN DALAM KEHIDUPAN PRIBADI.
Untuk mendapatkan musuh,sangat mudah. Tidak perlu berbicara. Cukup dengan pandangan mata .Dalam sejam ,kita bisa mendapatkan puluhan musuh. Tetapi untuk mendapatkan teman,apalagi sahabat,ternyata tidak mudah. Ada proses yang cukup panjang. Tidak mungkin ,seseorang yang tidak dikenal,dalam sekejap jadi teman.
Perlu waktu untuk saling kenal dan saling menjajaki pribadi masing masing. Tapi inilah tugas kita,sebagai manusia, mencari persahabatan. Untuk itu mutlak diperlukan keikhlasan. Tanpa ini ,tidak mungkin kita bisa melakukannya. Selama kita masih menghitung ,untung ruginya untuk berteman atau bersahabat dengan seseorang,maka persahabatan tersebut tidak akan langgeng. Begitu kita merasa tidak diuntungkan ,maka “persahabatan ” akan berakhir.
Ada pepatah kuno,yang masih tetap up to date :”Seribu teman masih terlalu sedikit. Seorang musuh sudah terlalu banyak”. Mengapa? Karena seorang musuh saja ,membuat kita menjadi tidak tentram
Di rindukan sahabat
Sejak awal saya dan istri menetap di Australia, teman teman dan sahabat sahabat kami di tanah air, tidak bosan bosannya mengingatkan :” Jangan sampai lupa Indonesia dan…jangan lupakan kami……”Dan saya selalu menjawab:” Sejauh apapun jarak memisahkan kita atau sesibuk apapun kita dalam menjalani kehidupan,bukanlah alasan untuk kita saling melupakan.
Setiap tahun,kami menjadwalkan untuk kembali ke tanah air dan menghabiskan waktu kami minimal dua bulan penuh. Waktu yang singkat ini,kami jadwalkan kunjungan kunjungan singkat keberbagai daerah. Yang pertama ,sudah jelas,kampung halaman kami . Mengujungi keluarga dan sanak famili,serta teman teman di sana. Kunjungan singkat ini,kami lanjutkan dengan saling mengirim sms atau telpon. Sehingga hubungan yang tadinya menjadi agak renggang ,karena lama tidak ketemu dan jarang komunikasi ,menyambung kembali.
Ternyata pertemuan pertemuan singkat,yang mungkin di isi dengan makan bersama atau sekedar minum secangkir kopi,ternyata mampu menjadi lem perekat yang ampuh. Sehingga walaupun kamii sudah 10 tahun domisili di Australia dan jarang berkirim kabar,namun dengan kunjungan ini, kami tidak sampai kehilangan teman teman dan sahabat kami.
Melangkah di Jalan Setapak
Adalah mustahil kita bisa mengunjungi semua teman teman dan sahabat kita .Pertama mereka tinggal ditempat yang berbeda. Perlu dana untuk kesana kemari. Namun bisa disiasati selangkah demi selangkah. Setiap ada kesempatan, kami mulai beralih mengunjungi teman teman dari satu kota ke kota lainnya dan tentu tidak lupa mengabadikan lewat kamera . Entah mengunakan alasan apa,tidak menjadi masalah. Baik,karena ada urusan bisnis ,urusan keluarga ataupun urusan pribadi lainnya. Jadi boleh dikatakan sekali mendayung,dua tiga pulau terlampaui.
SALAH SATU CUPLIKAN KEGIATAN :
03 Jan 2014 — 08:01 { Posts RSS } { Comments RSS }
Bhakti Sosial Penyembuhan Masal Gratis di Balai Desa Ponjong
Posted 31 Jan 2012 — by Anang Sutrisno Category Event
Bhakti Sosial Penyembuhan Masal Gratis di Balai Desa Ponjong yang dihadiri Grand Master Waskita Reiki Bapak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina, Untuk yang ke 2 kalinya Orsos Ngudi Rukun yang beralamat di Sumberkidul Ponjong Gunungkidul mengadakan acara Bhakti Sosial Penyembuhan Masal Gratis dengan mengambil tempat di Aula Balai Desa Ponjong untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Desa Ponjong dan sekitarnya.
Metode Pengobatan yang diperkenalkan adalah termasuk pengobatan holistik dengan mengandeng Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami dan ARSI (Asosiasi Reiki Seluruh Indonesia).Hadir dalam acara tersebut 200 orang lebih 90 persen dari masyarakt desa ponjong, dan 10 % dari desa-desa tetangga,wonosari, dan wonogiri Jateng.
Dalam Sambutanya Camat Ponjong yang diwakli Drs. MARWOTO HADI,M.M dan Kepala Desa Ponjong H. HASYIM..mengapresiasi dan menyambut positif kegiatan ini..apalagi Grand Master Tjiptadinata Effendi disela-sela kesibukanya yang luar biasa bersedia hadir dalam acara Bhakti Sosial Di Balai Desa Ponjong ini..Pak Camat dan Pak Kades sama-sama berharap agar kegiatan ini mempunyai dampak positif bagi peningkatan kesehatan masyarakt yang juga merupakan tugas Pemerintah Desa untuk mengupayakan hal tersebut. Dalam presentasinya Grand Master Tjipadinata Effendi mengupas tuntas tentang seluk-beluk pengobatan dengan menggunakan metode “Reiki” dari aspek medis dan non medis smua dikupas tuntas.
Sehingga peserta diharapkan mempunyai pengertian dan pemahaman yang benar tentang pengobatan yang akan diterimanya..sebagai kilas balik Yayasan Waskita Reiki sendiri berdiri tahun 1999 dan telah menjadi Mitra Resmi Pemeintah melalui SK. Menkes.untuk bersama-sama Pemerintah mewujudkan menuju Indonesia Sehat.
Dan sampai saat ini Yayasan Waskita Reiki di Indonesia sudah berdiri lebih dari 120 perwakilan diberbagai kota-dan kabupaten serta mempunyai cabang di Luar Negeri misal di: Australia,Amerika,Singapura,dll.
Selain menjelaskan seputar Reiki yang bisa digunakan sbagi sarana penyembuhkan berbagai penyakit Grand Master Tjiptadinata Efeendi juga memberikan ulasan tentang motivasi dalam menjalani kehidupan menuju hidup sehat sukses dan sejahtera, karena Beliau juga seorang penulis buku yang bisa dikatakan cukup produktif (saat ini sdh ada 11 buku karya beliau) mengingat usianya yang sudah hampir 70 tahun.
Acara tersebut juga dihadiri Master Reiki Hj.Nurul.Master Reiki Bp.Bambang dan Master Reiki H.Sunardi H.S. Pasca transfer energi dilanjutkan acara dialog dan tanya jawab yang dimoderatori oleh Eko Nur Bambang Wacana salah satu praktisi Waskita Reiki yang kebetulan juga sebagai pendamping Orsos Ngudi Rukun” beberapa peserta dalam acara dialog mengungkapkan manfaat langsung setelah menerima transfer energi positif, bahkan beberapa peserta sampai menitikkan air mata karena tersentuh oleh kebesaran-NYA.. Diahkir sesi disampaikan” Kesehatan bukan segala-galanya namun tanpa kesehatan segala-galanya tidak berarti apa-apa”
Semoga kesehatan,keberlimpahan,kesuksesan dan LindungaNYA selalu bersama kita dan keluarga” amin..salam smuga smua mahkluk hidup berbahagia.
Semoga langkah kecil ini,akan menghasilkan perubahan besar
Tulisan ini jauh dari maksud pamer diri ataupun pencitraan,karena saya bukan pejabat dan bukan siapa siapa Saya postingkan beberapa foto,karena kata pepatah,sebuah foto dapat berkisah lebih dari seribu kata yang Adiucapkan.
Artikel sederhana ini, adalah cuplikan dari perjalanan saya ke pelosok pelosok Nusantara. Saya tidak berani membesar besarkan diri ,dengan mengatakan bahwa perjalanan panjang ini ,semata mata dalam usaha untuk merajut Kebinekaan. Sebagaimana yang saya ungkapkan pada sejak awal,entah karena alasan apapun,kita dapat memanfaatkan setiap momentum.dengan cara kita masing masing .Setidaknya ikut merekatkan kembali celah celah yang terjadi,dengan saling berkunjung. Suatu hal yang dapat saya petik adalah:
“Menerima berbagai perbedaan dialeg,budaya dan adat istiadat setempat,bukanlah berarti kita menghapuskan jati diri kita,melainkan menerima dengan ikhlas,bahwa mereka semuanya adalah saudara kita”
Hanya itu yang dapat saya lakukan,untukmu Indonesiaku.
Iluka, 3 Januari,2014
Tjiptadinata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H