Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

71.668 Warga Terserang Demam Berdarah dan Belum Ada Obatnya!

10 Januari 2015   20:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:25 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14208695021936943613

[caption id="attachment_363908" align="aligncenter" width="700" caption="empedu ular kering/roselina"][/caption]

71.668 Warga Terserang Demam Berdarah dan Belum Ada Obatnya!

Saat ini saya dan istri lagi duduk di coffee shop menikmati segelas Mocca Ice yang kami sharing berdua. Iseng, saya meraih selembar harian Nasional, yang bertanggalkan :Selasa, 6 Januari, 2015. Berarti koran yang terbit beberapa hari lalu. Sekilas mata saya menangkap judul yang menarik perhatian :” 71.668 Warga Terserang DBD”,yang dicetak dengan huruf besar dan tebal.

Dialinea pertama tercetak:” Belum ada obat dan Vaksin pencegah penyakit akibat virus dengue”. Jumlah penderita demam berdarah di Indonesia terus meningkat, Sejak berberapa tahun terakhir. Bahkan 641 orang diantaranya meningggal dunia!

Obatnya Ada!

Saya terpana. Padahal kami sekeluarga, sejak turun temurun hanya dengan memanfaatkan obat tradisional atas ijin Tuhan tak satupun yang gagal. Dalam kalimat lain, dengan memanfaatkan obat tradisional .,tak satupun di antara keluarga besar dan kerabat kami yang meninggal akibat terserang demam berdarah. Bahkan tidak perlu masuk ke rumah sakit. Ada hasrat hati untuk bisa menolong orang lain tanpa perlu menerima imbalan apapun,namun ada kendalanya karena obat tradisional yang kami gunakan turun temurun belum teruji secara klinis.

Sudah terbukti ratusan kali obat ini menyelamatkan ratusan orang secara empiris tapi belum dibuktikan secara postulat. Apalagi background saya bukan medis dan tidak memiliki kapasitas apapun untuk memberikan obat bagi orang lain. Kecuali keluarga dan kerabat sendiri..Andaikan saya memaksa diri untuk membantu orang dengan obat ini kalau terjadi sesuatu maka niat baik saya bisa menjadi boomerang dan mungkin hidup saya akan berakhir di penjara.

Pengalaman Pribadi

Tahun 1987, kami sekeluarga berlibur ke Jepang. Hari Pertama kami menginap di salah satu hotel di Narita Pada waktu itu saya merasakan ada sesuatu yang tidak beres pada diri saya. Tapi saya berpikir, mungkin hanya karena kecapaian dan masuk angin.Namun malam harinya ketika sudah berada dikamar hotel untuk beristirahat saya baru merasakan ada sesuatu yang tidak beres wajah dan mata terasa panas dan nafas agak memburu.

Saya merasa demam dan pusing. Diikuti dengan timbulnya bintik bintik merah pada permukaaan kulit muka, lengan dan dada. Dan kemudian diikuti oleh rasa sakit yang amat sangat pada kepala. Dada rasa sesak . Dengan dikompres oleh istri saya mencoba untuk tidur. Namun rasa sesak bertambah parah dan saya mulai mengigau.

Syukur istri saya ingat bahwa ia selalu membawa obat demam berdarah di dalam tasnya. sewaktu mau berangkat saya sudah membawa persediaan obat yaitu Empedu Ular. Yang dibeli ditoko obat Tionghoa. Obat inisudah menolong banyak orang dan kini ternyata saya membutuhkannya. Walaupun bukan apoteker tapi karena sudah sering mengunakannya untuk menolong anggota keluarga dan kerabat kami, maka istri saya dengan cekatan, mengeluarkan empedu ular dari tasnya dan meraciknya dan kemudian diseduh dengan sesendok air hangat serta diminumkan kepada saya.Kemudian saya minum air segelas penuh dan mencoba lagi untuk tertidur.

Aneh, saya bisa tertidur dan baru terbangun ketika pakaian yang saya pakai basah karena keringat. Waktu saya terbangun, ternyata istri saya belum tidur dan masih duduk disamping tempat tidur. Menganti baju saya yang basah,memberikan saya minum air putih segelas penuh,Menuntun saya ke toilet dan kemudian membaringkan saya kembali ketempat tidur. rasa sesak pada dada sudah jauh berkurang begitu juga sakit pada kepala. Kendati belum hilang, tapi sudah jauh berkurang Sesaat kemudian saya kembali tertidur.

Entah berapa lama saya tertidur,saya tidak tahu. Hanya di tengah malam kembali saya tersentak karena baju yang saya kenakan basah kuyub oleh keringat. Saya terpana menyaksikan istri saya hanya membaringkan kepalanya di tempat tidur, sementara ia masih dalam kondisi duduk .Rupanya sepanjang malam tidak tidur karena menjaga saya.

Begitu saya terbangun, Lina juga terbangun mengganti baju saya dan kembali mengulangi untuk meminumkan air putih segelas penuh. Saya minta Lina untuk tidur karena saya sudah merasa baikan.Dan ritual sebelumnya terulang lagi, saya tertidur pulas.

Terbangun dan Sudah Segar Kembali

Sangat menakjubkan,.keesokkan harinya saya sudah mulai membaik dan bisa ikut dalam rombongan tur meskipun masih tampak letih karena malamnya kurang tidur..Selama 3 hari berturut turut saya diberikan minuman larutan empedu ular, dan dengan penuh rasa syukur, saya bisa ikut tur ke gunung Fuji dalam keadaan sehat kembali.

Istri saya selalu membawa empedu ular ini dalam tasnya dan sudah menolong puluhan orang yang terkena DB. Kata Lina, apalah artinya uang 200 ribuan untuk membayar sebuah empedu ularkarena dengan ini bisa menolong banyak orang.

Tips untuk Meracik Empedu Ular

Empedu ular yang sudah kering. Diracik halus sehingga kira kira sebesar biji kacang ijo. Bila digunakan untuk anak-anak dibawah umur. Sedangkan untuk orang dewasa sebesar sebutir biji jangung .Kemudian diberi air panas sesendok makan dan dilarutkan.Lalu disaring untuk dibuang serabut halus yang tercampur dalam larutan kemudian diminumkan kepada pasien, Setelah itu minumkan air putih sebanyak mungkin. Pasien diberi pakaian tebal dan diselimutkan agar keluar keringat . Bila keringat keluar, maka rasa sakit kepala dan sesak pada dada akan berkurang. Lakukan berturut turut selama 3 hari. (kalau kondisi mengkhawatirkan hubungi dokter.)

Empedu ular ini dapat dibeli ditoko Obat Tionghoa. Jangan mengambil kebijakan dengan mengunakan sembarang empedu ular untuk mengantisipati kejadian yang tidak diinginkan. Hingga sejauh ini belum pernah ada efek negatif.

Ditulis di bandara Ngurah Ray dan dipostingkan di bandara SHIA, 10 Januari 2015

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun