Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hargailah Orang Dengan Setulus Hati

25 Januari 2025   04:15 Diperbarui: 25 Januari 2025   04:15 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi 

Seperti Kita Ingin Dihargai 

Orang bisa saja berbicara dengan tata bahasa yang sangat santun  Namun bilamana tidak didukung oleh bahasa tubuh, maka segala sopan santun yang disampaikan  melalui bahasa verbal sama sekali tidak ada nilainya.

Salah satunya adalah melakukan eyes contact sewaktu berbicara ataupun bersalaman.

Karena orang bisa berbohong dengan kata kata, tapi pandangan mata tidak bisa berbohong.

Tunjukan Bahwa Kita Menghargai Lawan Bicara Dengan Melakukan Eyes Contact

Bahasa tubuh memiliki nilai yang jauh lebih tinggi,dibandingkan bahasa verbal. Karena orang bisa berbohong dalam berbicara,tapi bahasa tubuh tidak dapat menyembunyikan apa yang ada dalam hati kita, terutama pandangan mata kita. Karena itu, alangkah eloknya setiap kali kita berinteraksi dengan siapapun, maka hargailah orang yang ada di depan kita.

Mungkin pernah mengalami, sewaktu menghadiri suatu acara, Tuan rumah menyambut dengan suara ceria,sambil berkata;" Wah, terima kasih sudah datang dari jauh" 

Tentu saja hati kita jadi berbunga bunga mendapatkan sambutan hangat. Tetapi saat kita menyalami Tuan rumah, walaupun menyambut uluran tangan kita, tapi pandangannya kearah lain. 

Sama sekali tidak melihat kearah kita. Hati kita yang awalnya sempat senang, tetiba menjadi tawar. Karena merasa,sapaan Tuan rumah hanya sebatas basa basi,tapi sesungguhnya sama sekali tidak menghargai diri kita.

Atau mungkin pernah  mengalami ketika menyalami orang penting atau pejabat penting, maka walaupun kita sudah mengulurkan tangan kita secara santun, tapi hanya dibalas dengan salaman ujung jari. 

Dan yang lebih melukai perasaan kita adalah orang yang disalami, sama sekali tidak menengok ke arah kita , melainkan sibuk dengan memandang sekeliling. Kita merasa bahwa kehadiran kita sama sekali tidak dihargai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun