Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tinggal Satu Atap Tapi Masing Masing Sibuk?

10 Juni 2024   04:05 Diperbarui: 10 Juni 2024   04:33 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahtera Rumah Tangga Dalam Bahaya 

Kita semuanya sudah sangat sering mendengar kalimat tentang pentingnya" me time" bagi keluarga. Bahkan mungkin sudah seringkali mengingatkan orang lain.  Tapi sayang sekali, abai dalam menerapkan dalam kehidupan sehari harian.

Bangun pagi suami buru buru mandi. Sementara itu istri sibuk urus anak yang akan berangkat kesekolah. Saking sibuk, isteri sampai tidak sempat menemani suami sarapan pagi  Bahkan tidak jarang suami menyeduh kopi sendiri dan buru buru berangkat ke tempat pekerjaan. Istri yang masih sibuk di dapur merasa cukup dengan berteriak;' Hati hati dijalan ya pa "

Sambil menyalakan sepeda motor, suami balas berteriak,;' Ya sayang".

Saat suami pulang kerja, isteri merasa cukup dengan berteriak:" Sudah pulang ya pa " , tanpa merasa perlu keluar agak sesaat menemui suami.

Sepintas seakan akan " semua baik baik saja" Padahal sesungguhnya, kondisi seperti Ini adalah ibarat BOM waktu yang sewaktu waktu dapat meledak dan menghancurkan kebahagiaan keluarga 

Tinggal satu atap tapi sesungguhnya keluarga Ini bagaikan menyimpan BOM waktu yang sewaktu waktu dapat meledak dan menghancurkan kebahagiaan keluarga.

Betapapun Sibuk Sediakanlah Waktu 

Betapapun sibuk nya alangkah eloknya bila kita tetap menyediakan waktu untuk Kebersamaan bersama pasangan hidup kita dan anak anak. Family is the first bukanlah sebatas semboyan atau lips service. Tetapi sungguh merupakan sumber kebahagiaan dalam hubungan kekeluargaan dalam sebuah rumah tangga.

Sesibuk apapun diri kita, sesungguhnya selalu ada waktu walaupun hanya sejenak, yang dapat diefektifkan  bersama keluarga. Untuk menciptakan keharmonisan dan kedamaian dalam rumah tangga, tidak harus menunggu hingga hidup serba berkecukupan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun