Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Takut Gagal?

30 Mei 2024   04:50 Diperbarui: 30 Mei 2024   08:45 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto 50.tahun.lalu / tjiptadinata Effendi 

Tidak Mungkin Dapat Meraih Impian Hidup 

Pada waktu hidup kami masih morat marit, sepertinya apapun yang kami usahakan selalu mengalami jalan buntu.. Kata orang pintar:" Kerja keras dan pantang menyerah serta jangan lupa berdoa,maka sukses akan menjadi milik anda"

 Sudah kami lakukan dengan sepenuh hati. Kerja keras sejak pagi hingga larut malam. Berdoa dengan jiwa menjerit,mohon Tuhan memberikan jalan untuk mengubah nasib. Tetapi setiap menapak maju,seolah membentur tembok.  Jadi pedagang antar kota gagal. Malahan menyisakan utang pada tante tempat kami menumpang tinggal selama di Medan 

Bekerja sebagai buruh di pabrik karet, sama sekali tidak mengubah nasib. Malahan hampir mati terserang Malaria.

Gagal dan gagal lagi .

Semakin lama hidup semakin terpuruk. Air mata sudah mengering karena terlalu sering meratapi nasib.  Dengan menebalkan kulit muka, kami pulang kampuang. Dengan resiko jadi bahan olokan, karena gagal di rantau urang. 

Teman teman dan sanak saudara mulai menjauhi ,ketika kita dalam keadaan terpuruk. Begitulah hidup Ini, terkadang lebih menakutkan dibandingkan film horror manapun 

Bila kita tertawa,maka seluruh dunia akan ikut tertawa.tetapi bila kita menangis,maka merataplah kita seorang diri..

Hukum yang tidak tertulis,tapi nyata dan amat menyakitkan. Tidak satupun undangan singgah kealamat kami. 

Dalam kondisi seperti Ini, satu satunya tempat mengadu adalah kepada Disaat hidup dalam kritis kita merasa sangat dekat dengan Tuhan. Hidup dalam penderitaan, terasa waktu seakan terhenti. 

Kalau hidup seperti Roda pedati,maka serasa Roda kehidupan kami terganjal dibawah. Sehingga tidak mampu mengubah nasib.... Syukur kepada Tuhan, kami berdua tidak pernah putus asa. Yakin dan percaya bahwa dengan tetap kerja keras dan berdoa, suatu waktu nasib kami akan berubah 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun