Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelajaran Hidup Dari Panti Asuhan

29 Agustus 2023   05:01 Diperbarui: 29 Agustus 2023   05:12 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi 

Yang Menghadirkan Pencerahan Dalam Diri Kita

Suatu waktu dalam perjalanan hidup,  saya pernah merasakan sebagai orang yang paling menderita didunia ini. Kata orang, hidup itu ibarat roda pedati. Terkadang diatas dan ada kalanya berada dibawah. Tetapi selama tujuh tahun lamanya, roda kehidupan kami terus berada dibawah. Jangankan naik keatas, bergemingpun tidak.

Apalagi yang harus kami lakukan? Kerja keras siang malam dan berdoa dalam setiap denyut nadi. Tapi nasib tak kunjung berubah. Saya sampai bertanya pada Tuhan:" Apa dosa kami sehingga harus merangkak menjalani hidup selama bertahun tahun? Tapi doa dan ratapan hati kami bagaikan membentur dinding tembok.

Suatu hari  istri saya mengajak saya ke panti anak anak difabel.

Di sana ada anak anak tuna netra sejak lahir. Mereka tidak pernah dan tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk melihat keindahan dunia, Bahkan tidak tahu bagaimana wajah orang yang telah melahirkan dirinya.

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 

Di sudut lain, ada anak yang kakinya buntung.
Merangkak untuk dapat bergerak.
Ada lagi yang kedua tangannya buntung dan
memegang sendok dengan jari kaki.

Ketika kami memberikan bingkisan kecil, mereka mengucapkan terima kasih dan bernyanyi :"....... Kami memuji kebesaranMU... Mahabesar lah Allahku ."

Saya tersentak dan  menangis ..
Saya malu pada diri sendiri,menjadi manusia yang tidak tahu bersyukur

Anak Anak ini mengajarkan saya untuk jangan pernah lupa bersyukur.
Buta matanya, tapi hatinya terbuka
Lima puluh tahun sudah berlalu..
Tapi tidak pernah terlupakan,karena sudah terpateri dalam jiwa saya..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun