Dengan Modal Kejujuran dan Ketulusan
Selama melakukan penjelajahan dari kota ke kota dan bergaul dengan warga setempat, sungguh merupakan sebuah berkat bagi kami berdua. Terlebih lagi tidak pernah kami mengalami penolakan, baik secara langsung maupun dari sikap warga yang menerima. Kalimat dari Sabang hingga ke Merauke, bukan hanya sekedar pinjam slogan, tapi sungguh sungguh kami jalani.
Walaupun kami berdua berbeda suku dan agama, dari warga yang kami kunjungi, tetapi karena kami datang dengan niat hati yang tulus dan tidak ada maksud apapun yang tersembunyi, maka kami tidak hanya diterima sebagai orang yang membagikan ilmu, tapi diajak makan dirumah warga setempat. Dan kami makan tanpa keraguan sedikitpun. Hal ini semakin menyebabkan, kami semakin memperluas zona keyamanan dan keamanan kami.

Tidak hanya dikampung halaman kami di Sumatera Barat,tapi kami terus melanglang buana dari kota ke kota,sehingga total seluruhnya,adalah lebih dari seratus kota yang kami kunjungi dan bergaul dengan warga setempat. Pernah saya ditanya,
"Mohon maaf pak Effendi, biasanya orang Tionghoa,lebih suka bisnis dan cari uang, mengapa pak Effendi malahan mau berkeliling Nusantara untuk mengajar?"
Dan dengan santai saya menjawab,
"Setiap orang punya pilihan hidup masing masing, Dan kami berdua sepakat memilih hidup seperti ini,yakni menjalin hubungan persahabatan dengan semua orang."
Gaya hidup semacam ini, kami lanjutkan setelah kami tinggal di Australia. Sama sekali tidak masalah bagi kami, berada di tengah-tengah warga lokal yang berasal dari berbagai suku bangsa di dunia. Tidak jarang, hanya kami berdua yang dari Asia, khususnya Indonesia. Setiap kali ada pertemuan warga, kami selalu menyempatkan hadir. Kami makan bersama dan bercanda bersama. Sama sekali kami tidak merasa asing di negeri orang.

Tahun lalu sewaktu kami menyempatkan pulang ke tanah air,kami sudah ditunggu oleh sahabat kami di Bandung. Bahkan kamar hotel kami di lunasi dan seluruh biaya makan malam bersama sekitar 40 orang menjadi tanggungan sahabat kami di Bandung ,yang di ketuai oleh Bu Susi Sulastri SH dan suaminya pak Bamban Jaka Laksana. Kebahagiaan kami tentu bukan karena masalah ditraktir biaya hotel dan makan, melainkan perhatian yang begitu besar. Begitu juga dari daerah lainnya, yang selalu menanyakan, kapan kami datang .