Yang Takkan Pernah Terlupakan
Saat pertama kali kami merantau ke Medan, tahun 1965, sudah terasa kerinduan akan kampung halaman, Padang kota tercinta. Begitu juga sejak tahun 1990, kami sekeluarga pindah ke Jakarta, setiap ada kesempatan, kami pasti akan pulang ke Padang. Walaupun sesungguhnya, rumah dimana saya dilahirkan, yakni di Jalan Kali Kecil, Pulau Karam, sudah tidak ada lagi, sejak kedua orang tua kami meninggal dunia.Â
Memang ada rasa sedih, setiap kali pulang kampung ke Padang, kedua orang tua dan rumah kenangan di mana saya dilahirkan sudah dirobohkan dan dibangun rumah petak. Dari 11 bersaudara, 9 orang sudah meninggal dunia. Yang tersisa hanyalah saya dan kakak perempuan yang tinggal di Bandung.Â
Saat kembali bernostalgia ke tempat kami hidup menderita selama tujuh tahun di Pasar Tanah Kongsi, yang sekaligus merangkap tempat tinggal kami, orang orang yang sebaya dengan kami,sudah lama tiada. Syukur anak anak tetangga kami dulu, sebagian masih ingat dengan kami. Sehingga agak terhibur juga hati kami berdua.
Setelah Pindah ke Australia
Semakin jauh merantau, semakin kuat dorongan dan keinginan untuk dapat kembali ke kampung halaman. Tetapi tentunya tidak semudah saat kami masih tinggal di Jakarta.Â
Karena itu, bila rindu menyesak didada,maka kami berdua menyanyikan lagu Ciptaan  bu Sud
- Tanah air ku tidak kulupakan
- Kan terkenang selama hidupkuÂ
- Biarpun saya pergi jauh
- Tidak kan hilang dari kalbu
- Tanah ku yang kucintai
- Engkau kuhargai
Kami berdua menyanyikan dengan sepenuh perasaan dan sepenuh hati,bukan sekedar asal bunyi. Saat berada jauh di negeri orang,sungguh terasa banget, kerinduan hati akan kampung halaman. Karena itu,setiap kali ada yang bertanya: "Where do you come from?" Maka dengan perasaan bangga, saya menjawab: "Indonesia'
Saat melantunkan lirik lagu di bait kedua, semakin kami berdua larut dalam kenangan. Karena apa yang kami nyanyikan, sungguh sungguh terjadi dan kami  alami.