Bukan Masalah Mata Duitan
Walaupun berbeda cara dan gaya dalam  bagi bagi angpau di hari Raya Idul Fitri dan Imlek,tapi esensialnya adalah sama. Yakni sama sama mengajak orang untuk mengaplikasikan hidup berbagi ,minimal sekali dalam setahun. Karena itu, alasan yang tidak setuju dengan acara bagi bagi angpau.bahwa bagi bagi angpau akan menciptakan anak anak menjadi mata duitan, agaknya terlalu berlebih lebihan. Bahkan cendrung untuk menutupi  sifat pelitnya.
Bagi anak anak,setahun sekali di hari raya,adalah merupakan Panen Raya,karena mendapatkan angpau dari seluruh anggota keluarga yang sudah hidup mandiri dan dari sahabat dari kedua orang tua. Setahun sekali memberikan anak anak angpau ,katakanlah 100 ribu rupiah,sudah merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi dirinya.  Untuk anak anak,setahun sekali dapat seratus ribu rupiah,akan jauh lebih bernilai ketimbang ,nyinyir bilang  I love you sejak pagi hingga malam hari
Dalam tradisi Tionghoa, nilai nominal bagi bagi angpau tergantung pada urutan hubungan kekeluargaan . Angpau bagi anak anak dan adik kandung,biasanya disamakan nilai nominalnya.Untuk anak tetangga dan anak anak sahabat,umumnya lebih rendah nilai nominalnya.Dan yang paling tinggi,adalah angpau untuk kedua orang tua,bilamana akan sudah mandiri dan sudah mencapai kesuksesan.
Tidak Ada Hubungannya Dengan PamerÂ
Kalaupun ada yang karena merasa mampu membagikan angpau dalam jumlah yang cukup fantastis,untuk anak anak,janganlah langsung dikomentari sebagai pamer diri. Karena ,seandainya diri kita sudah mencapai financial freedom,maka tentu saja tidak ada masalah membagikan angpau dalam nilai nominal yang cukup berharga, khusus nya bagi anggota keluarga Dan orang yang membutuhkan. Bukankah ada tertulis:
"Sebaik baiknya orang, adalah orang yang hidupnya bermanfaat bagi orang lain."
Siapa yang memiliki copy right untuk tulisan ini, sungguh saya tidak tahu. Yang pasti bukan saya . Hal ini perlu dijelaskan agar jangan sampai dianggap plagiarism.
Bagi anak anak,kegembiraan saat kecil,akan direkam dan dijadikan pedoman dalam kehidupannya. Dan akan menjadi kenangan indah yang tak terlupakan bagi dirinya. Sekaligus pelajaran hidup berbagi ini tumbuh dan berkembang dalam dirinyaÂ
Karena itu,acara bagi bagi angpau layak dilestarikan sebagai salah satu kearifan lokal ,yang patut diadikan contoh teladan.Â