Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengalaman Utang Sebungkus Nasi Ramas

6 Maret 2023   08:28 Diperbarui: 6 Maret 2023   08:30 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi Tjiptadinata Effendi 

Yang Tak Pernah Terlupakan

Setiap orang pasti memiliki berbagai kenangan dalam perjalanan hidupnya. Ada hal hal yang mungkin spektakuler. Tapi tidak semua orang pernah merasakan hal yang spektakuler dalam perjalanan hidupnya,termasuk orang yang menulis artikel ini. 

Walaupun sudah berusia 80 tahun,sejujurnya belum pernah secara pribadi mengalami hal yang spektakuler. Seperti misalnya,dapat undian 100 miliar atau tetiba diangkat jadi  Kepala Kampung . Paling cuma pernah jadi ketua RT . 

Tapi bukan berarti orang yang tidak memiliki pengalaman spektakuler  tidak boleh memilki kenangan pribadi.  Kalau istilah Z generation:"Suka suka gue dong .emangnya kenape ?" hehehe

Pengalaman Utang Sebungkus Nasi Untuk Dimakan Bertiga

Yang namanya berutang itu,tentu saja malu maluin diri sendiri. Apalagi hanya untuk sebungkus nasi, alamak ! Tapi ini bukan humor,tapi sungguh pengalaman pribadi. Saya datang ke Koh San yang jualan nasi di Gerobak di depan Bioskop Purnama di kota Padang. 

Sambil menebalkan kulit muka,saya bilang:"Koh San, utang nasi 2 bungkus belum saya bayar, hmm masih boleh utang satu bungkus lagi ?  Minggu depan isteri terima kasih,saya lunaskan ketiga tiganya"

Sambil menatap penuh harap menatap Koh San. Puji Tuhan,dengan wajah ramah Koh San bilang :"Boleh boleh,mengapa tidak " Rasanya gimana tuh ...senang banget,dapat utang sebungkus nasi,yang akan kami ii makan bertiga beranak. Karena pada waktu itu,putera kami baru satu orang.

Utang untuk makan sebungkus nasi mungkin terasa sangat memalukan dan menyedihkan bagi sebagian orang, karena hal itu mencerminkan kondisi finansial yang sulit atau kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Selain itu, kebutuhan makanan adalah salah satu kebutuhan dasar yang paling mendasar dan penting, seperti yang pernah saya rasakan

Di banyak budaya, makanan memiliki makna yang lebih dari sekedar sumber nutrisi, melainkan juga berfungsi sebagai simbol kebersamaan, kedermawanan, dan status sosial. Oleh karena itu, terhutang untuk makanan dapat memicu perasaan malu dan kehilangan martabat, terutama jika hal itu terjadi di depan orang-orang yang dihormati atau dianggap penting dalam kehidupan seseorang.

Selain itu, utang untuk makan sebungkus nasi juga dapat menimbulkan rasa tidak aman dan ketidakpastian di masa depan. Orang yang kesulitan memenuhi kebutuhan makanannya mungkin juga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar lainnya seperti tempat tinggal, kesehatan, dan pendidikan. Perasaan tidak aman ini dapat membuat seseorang merasa tidak stabil dan tidak yakin tentang masa depannya.Dalam kesimpulannya, utang untuk makan sebungkus nasi dapat terasa sangat berat dan sulit untuk dilupakan karena mencerminkan kondisi finansial yang sulit, perasaan malu dan kehilangan martabat, serta rasa tidak aman dan ketidakpastian di masa depan. 

Namun, perasaan ini dapat menjadi pemicu untuk membuat perubahan dalam hidup dan mencari cara untuk meningkatkan situasi keuangan dan memenuhi kebutuhan dasar tanpa harus berhutang. Rasa malu yang amat sangat ,telah melahirkan motivasi yang kuat dalam hati saya,untuk mencari turning point dalam mengubah nasib . 

Bersyukur kepada Tuhan, setelah kerja keras selama bertahun tahun, kami menemukan titik balik kehidupan dan nasib kami berubah bagaikan siang dan malam. Saya mencoba mencari Koh San yang baik hati,tapi konon sudah pindah ke Pekanbaru dan tak seorangpun yang tahu  alamatnya di Pekanbaru. Sehingga niat hati untuk menyampaikan rasa terima kasih,hanya tinggal niat dalam hati dan belum terpenuhi

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun