Album foto,yang sempat ikut melalui masa masa sulit bersama kami berdua,berkali kali hampir punah tenggelam bersama banjir di pasar tanah kongsi .Ikut menjadi saksi bisu,bagaimana kami menjalani hidup yang mencapai titik nadir kehidupan, Dimana untuk makan sebungkus nasi saja ,harus berutang. Anak sakit ,cicin kawin di jual. ,isteri terbaring sakit dan saya sempat jatuh dari atap bis,karena ikut jadi kuli bongkar muat barang. Â Seandainya,buku album foto ini mampu bercerita,maka mungkin puluhan buku Novel Kehidupan akan dapat diterbitkan
Album foto ini kami rawat dan pertahankan dari segala bahaya kerusakan,bukan karena harga albmunnya,tapi karena mencintai orang orang yang ada didalam Album foto tersebut. Ada kedua orang tua kami almarhum, nenek dari pihak isteri tercinta dan semua saudara,serta sahabat baik kami,yang satu persatu sudah dipanggil Tuhan.Â
Gembira dan  Genangan Air Mata
Menyaksikan album foto kenangan yang sudah berusia 58 tahun ini,sungguh menghadirkan kenangan yang bercampur aduk,antara kegembiraan ingat masa kami masih bersama dengan orang tua dan sanak keluarga dan genangan air mata,mengingat banyak dari antara orang yang kami kasih didalam foto ini,sudah tiada lagi
Album foto ini,kami rawat dengan hati ,sebagaimana kami merawat cinta kami sejak kami menikah tanggal 2 Januari 1965 hingga kini kami dikaruniai 2 putera dan seorang puteri, dan kini  sudah dikaruniai  11 orang cucu dan 2 orang cicit . Sunggh melambungkan rasa syukur kepada Tuhan
Keterangan foto semuanya dokumentasi pribadi Tjiptadinata EffendiÂ
Burns Beach,25 February ,2023
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H