Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Inilah Angpau Tak Ternilai bagi Keluarga

28 Januari 2023   19:30 Diperbarui: 28 Januari 2023   19:33 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jauh Lebih Berharga Dibandingkan Segepok Uang

Acara bagi bagi Angpau,masih terus berlanjut bagi yang baru ada kesempatan untuk bertemu. Karena Imlek baru berakhir hingga Cap Go Meh.Tradisinya,yang mendapatkan Angpau adalah anggota keluarga yang belum bekerja ,termasuk tetangga dan anak anak sahabat yang datang berkunjung di hari raya Imlek. Bagi anak anak yang sudah berkerja dan mempunyai penghasilan yang memadai,boleh ikut memberikan angpau kepada keponakan,tapi tidak diwajibkan .

Bila anak anak semua sudah berkeluarga,maka saatnya,anak anak yang memberikan angpau bagi orang tua.sesuai kondisi keuangan masing masing. Tapi bagi bagi angpau ,hanya berlangsung sekali dalam setahun.  Bagi bagi angpau merupakan ungkapan rasa suka cita menyambut Tahun Baru Imlek dan sekaligus mengaplikasikan hidup berbagi .Karena bagi bagi angpau tidak hanya semata kepada anggota keluarga,tapi setiap anak yang datang berkunjung . Termasuk orang dewasa yang hidupnya jauh dari mencukupi,juga mendapatkan angpau. 

Orang tua tidak perlu memberikan angpau kepada anak anak yang sudah berkeluarga dalam bentuk uang, melainkan dalam bentuk kado tak ternilai.

Ada Kado Yang Tak Ternilai 

Cara lain untuk menunjukkan kasih sayang kepada keluarga ,adalah dengan menjaga dan merawat kesehatan diri kita pribadi. Cara ini merupakan kado tak ternilai bagi anak mantu dan cucu cucu. Coba bayangkan,bila kita jatuh sakit,maka bukan hanya diri sendiri yang merasakan penderitaan,tapi juga seluruh anggota keluarga.

Mungkin kita semua sudah pernah mendengarkan,demi kecintaan kepada orang tua,anak rela menjual  hartanya ,bahkan sawah ladang di gadaikan,demi mendapatkan uang untuk biaya berobat orang tua. Sebagai salah satu contoh,sewaktu saya mengalami accident ,tergelincir di tangga pesawat,karena gerimis dan anak tanggga pesawat licin. Sementara di bahu saya menyandang tas berisi dua buah laptop. Kehilangan keseimbangan diri,hingga tulang rusuk membentur  tangga pesawat.

Syukur saya  tidak sampai jatuh tergolek. Tiba dirumah puteri kami di Wollongong,malamnya saya tidak bisa tidur dan demam tinggi .Putri saya menyarankan untuk memanggil GP  yakni dokter yang tugas dan bisa dipanggil datang kerumah. Tetapi ,saya bilang :"Nggak apa apa",dengan harapan,setelah tidur,esok mungkin sudah sembuh. Tetapi ternyata dugaan saya meleset. Malamnya saya tidak bisa tidur dan esok hari saya mulai batuk batuk dan sesak nafas , Pada waktu itu belum ada Covid. Maka puteri kami langsung menelpon dokter 

Dokter datang dan setelah memeriksa,menyarankan esok pagi saya dibawa ke Medical Centre,karena diprediksi kondisi saya cukup parah. Esok harinya,saya dibawa ke Medical Centre. Hasil  rontgen,paru paru saya terinfeksi ,karena luka dalam akibat benturan yang keras tulang rusuk dengan tangga pesawat. Dokter yang memeriksa saya,memberikan surat rujukan :"Emergency Patient " . Go to the hospital right now " kata dokter.

Saya didampingi isteri,dibawa oleh puteri kami ke Wollongong Public Hospital. Saya sudah tidak mampu berdiri,maka dibawa dengan kereta  dorong,khusus untuk patient. Langsung masuk keruang Emergency. Hasil rontgen,paru paru saya tiga perempat sudah terinfeksi. Langsung masuk ke Kamar Karantina.Sedih banget rasanya. Sakit di negeri orang dan tidak boleh ditemani. Isteri dan putri  kami memeluk saya dan mengatakan,bahwa mereka sudah harus pulang,karena sudah malam....

Bayangkan hampir sebulan saya menginap di Rumah Sakit dan setiap hari,isteri dan putri kami ,harus bolak balik.  Putra di Perth,membatalkan rencana perjalanannya ke Eropa dan datang bersama cucu ,membezuk saya. 

Sebulan kemudian saya dinyatakan sembuh. Pengalaman yang sangat berharga bagi saya, bahwa karena kurang hati hati dan merasa overconfident,saya sampai tergelincir dan paru paru saya luka. Satu bulan,saya merasa bagaikan satu tahun .Anak istri dan cucu bolak balik meninggalkan berbagai kepentingan mereka.

Sejak saat itu,saya sangat berhati hati menjaga kesehatan diri,karena sudah tahu akibatnya,bila saya jatuh sakit.Karena itu kami berdua menjaga pola makan yang sehat dan setiap hari berolah raga,baik jalan kaki ,maupun ke Fitness Club

Kami berdua bersyukur sehat lahir batin,anak mantu cucu cucu,juga senang karena rencana mereka mau travelling kemana mana,tidak terhambat karena salah satu dari kami sakit..Bagi anak mantu cucu,kesehatan kami berudua merupakan KADO  yang tak ternilai

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun