Sukses Tidak Jatuh Dari Langit
Hidup itu tidak selalu seindah kisah dalam sinetron. Yang selalu diiming iming dengan kisah:"Keduanya jatuh cinta .Mereka menikah dan hidup berbahagia selama lamanya " Enak banget ,bisa seperti itu.  Kami menikah tanggal 2 Januari 1965. Tidak ada resepsi di restoran .Hanya mengundang beberapa orang sanak keluarga dan tetangga untuk jamuan  sederhana. Janji pernikahan kami di Gereja Santa Theresia di Padang.Tidak ada koor dan tidak ada musik yang memeriahkan acara saling mengucapkan janji pernikahan.Â
Kami hanya mampu honeymoon ke Bukittinggi dengan menumpang bus. Menginap di penginapan di jalan tembok di Bukittinggi. Kemudian merantau ke Medan untuk mengubah nasib. Gagal total . Kerja di pabrik karet dan tinggal dipemondokan buruh . Kamar tidur dan dapur. Tidak ada toilet dan tidak ada ruang tamu. Mau mandi antrean setiap subuh. Butuh waktu tujuh tahun untuk dapat mengubah nasib kami. Sempat diambang kehancuran harapan. Tapi bersyukur saat kritis Tuhan membukakan jalan dan nasib kami selangkah demi selangkah berubah.
Mengubah Nasib
Pembicaraan yang paling sering kita dengarkan adalah berbagai keluhan,bahwa untuk mengubah nasib menjadi lebih baik,tidaklah semudah seperti teori di buku pintar. MIsalnyaÂ
- ActionÂ
- do it now
- don;t wait untill to morrow what you can do to day
- dan seterusnya dan seterusnya.
Tetapi teori dibuku,tidak selalu selaras dengan apa yang terjadi di lapangan. Hal yang paling banyak menghambat adalah rasa takur menghadapi kegagalanÂ
Saya mau mengubah nasib, tapi darimana  mulainya ?
Baca juga: Membangun Personal Branding Tidak Mudahsaya tidak punya modal
keluarga tidak mendukungÂ
lagi pula,kalau gagal gimana?