Kujaga dan kubela
Ada lirik lagu :"Padang kota tercinta kujaga dan kubela, gunung padangmu sakti...." dan seterusnya Tapi sejujurnya saya tidak akrab dengan lirik lagu ini,walaupun saya lahir di era dai Nipppon,tepatnya tahun 1943. Mungkin saja dikalangan generasi mileneal lagu ini sangat dikenal .Apalagi sejak tahun 1990 kami sekeluarga sudah meninggalkan kota Padang untuk pindah ke Ibu kota Jakarta,sehingga berbagai perkembangan kota Padang ,tidak lagi termonitor secara utuh.Â
Pada waktu,kami tinggal di Komplek Wisma Indah I,Ulak Karang,tepatnya di Jalan Bunda I/nr.6 di kota Padang, kebetulan kami bertetangga dengan pak Syahrul Ujud SH . Kalau dibilang sahabat ,ya enggaklah,karena saya hanya salah satu dari warga Padang,sedangkan Syahrul Ujud pada waktu itu wali kota Padang. Tapi hubungan kami cukup dekat.Buktinya sewaktu acara selamatan di kediamannya ,saya diminta mendampingi dalam menyambut tamu yang datang. Jarak rumah kami hanya sekitar 200 meteran .
Di  era pemerintahan Syahrul Udjud, sekitar tahun 1980 an, dilakukan perluasan wilayah kota Padang  Awalnya,  hanya 3 kecamatan, yakni : Â
- Padang Selatan
- Padang Timur
- Padang BaratÂ
Dengan 13 kepala kampung,yang kemudian diubah menjadi Kelurahan . Setelah pemekaran, menjadi  11 kecamatan seperti sekarang ini dengan 193 kelurahan. Sebagai daerah yang mengalami perluasan dengan masuknya beberapa wilayah milik Padang Pariaman.
Berbicara tentang Kota Padang tercinta, tidak mungkin tanpa menyertakan Tugu Pahlawan tak dikenal. Begitu juga tentang penangkapan ikan secara traditional yang disebut Maelo pukek ( menghela pukat. )
Begitu juga dengan Gunung Padang dan Jembatan Siti Nurbaya