Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengais Rejeki dari Ratap Tangis Orang Lain

3 November 2022   13:25 Diperbarui: 3 November 2022   13:33 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi 

Salahkah Mereka ?

Pada waktu kampung halaman saya di porak porandakan gempa bumi, kami  berdua pulang kampung. Menyaksikan betapa dahsyatnya akibat gempa yang meradang dan merontokan sebagian besar bangunan di Padang . Tak dapat dilukiskan betapa rasa hati kami berdua,mendapatkan kabar beruntun tentang kepergian sahabat dan kerabat baik kami,secara sangat mengenaskan. Yang tentu tidak perlu untuk dicerita ulangkan,karena hanya akan menoreh luka lama yang sudah mulai bertaut.

Tetapi tidak semua orang ikut berduka. Khususnya, di puing puing bekas reruntuhan,tampak puluhan pemulung dengan wajah gembira mengumpulkan banyak barang barang berharga ,karena pemiliknya sudah tiada. Bahkan ada barang berharga yang tak bertuan lagi,karena pemiliknya sudah dimutasikan kealam lain.

Sementara keluarga korban gempa bumi meratap sedih, ternyata ada orang lain yang gembira karena mendapatkan rezeki nomplok. Salahkah mereka?

Penggali kubur, Penjual peti mati, Penjual krans bunga duka, panen raya. Membawa pulang hasil jerih payah mereka untuk menghudupi keluarga mereka.

Hidup Tak Dapat Dinilai Berdasarkan Hitam Putih.

Seandainya kita yang berada dalam posisi mereka, bukankah kita juga akan melakukan hal yang sama?

Dengan cara melakukan refleksi diri yang sangat sederhana ,maka kita akan mampu menahan diri untuk tidak terlalu cepat men justice orang lain. 

Cara berpikir akan melahirkan sikap mental dalam diri setiap orang. Dan menghadirkan pencerahan diri, bahwa daripada menghakimi orang lain yang dalam pandangan kita telah melakukan perbuatan tercela, alangkah eloknya kita introspeksi diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun