Memperingati Hari Batik Nasional Tidak Cukup Pasang Slogan
Walaupun sudah berlalu dua hari,tapi meniru gaya pejabat,maka saya lakukan pembenaran diri,dengan meminjam kalimaat :"Bett er late than never" Nah,lebih baik terlambat,tapi saya masih menuliskan tentang hari Batik Nasional.ketimbang do nothing. Sesungguhnya, sejak saya sudah mampu beli pakaian sendiri,maka lemari pakaian saya ,di dominasi baju batik. Walaupun bukan batik yang harganya jutaan rupiah,tapi pokoknya saya bangga sebagai salah satu dari 250 juta orang Indonesia, ikut mempromosikan batik di Australia.Â
Menjaga Martabat Bangsa dan Negara di Negeri Orang
Pada setiap kening orang Indonesia,sudah ada "stempel" tidak kasat mata. Begitu melakukan kesalahan,mana bukan  hanya nama pribadinya yang ditulis,tapi nama negara dan bangsanya ikut dipermalukan.
Salah satu contoh,saya kutip disini:
- TRIBUN-MEDAN.com - Seorang mahasiswa asal Indonesia di Australia harus berurusan dengan hukum setelah ketahuan merekam tiga teman perempuannya saat mereka tengah mandi. https://medan.tribunnews.com
Tapi kalau ada mahasiswa Indonesia yang telah bersusah payah mempersiapkan tari vararian atau masakan,untuk mempromosikan negara dan bangsa Indonesia, ternyata nihil dari pemberitaaan media Indonesia. Saya dan isteri hampir selalu hadir dalam berbagai kegiatan komunitas orang Indonesia,baik semasa masih tinggal di Wollongong, New South Wales,maupun di Western Australia. Â Setiap kali ada festival seni atau masakan indonesia, saya selalu mencari di berbagai media,tapi nihil pemberitaan.Termasuk saat mahasiswa Indonesia sukses meraih berbagai medali di Italia dan kami hadir disana,juga nihil berita.