Ket foto: keluarga besar kami di Padang/ dokumentasi pribadiÂ
Pelajaran Hidup Tentang Memaknai Arti Toleransi
Sewaktu masih harus kerja keras untuk mengubah nasib dan belum mampu untuk membangun rumah sendiri , kami kontrak selama satu tahun di pavilun pak H. Mochtar di jalan Ratulangi kota Padang  Awalnya sempat ragu apakah pak Haji Mochtar mau menerima kami yang beda suku dan agama. Pada waktu itu anak kami baru 1 orang.Â
Sewaktu saya datang  dan menjelaskan bahwa kami beragama Katholik dan bermaksud ingin menyewa sebagian dari paviliunnya, ternyata diterima dengan senang hati Kata pak Haji Mochtar:
 "Indak masalah samo sekali diak Awak babeda dalam igamo tapi badunsanak sebagai sesama ciptaan Allah" ( Tidak masalah dik kita berbeda dalam agama tapi bersaudara sebagai makhluk ciptaan Allah)Â
Alangkah menyejukan hati.  Saat saya sampaikan bahwa kami minta agar  meringankan dengan mencicil uang kontrakan dengan tersenyum pak Hajj.Â
Mochtar menjawab, "Demi Allah dengan ikhlas ambo tarimo" Saya sangat terharu Rasanya ingin saya memeluknya. Bahkan beliau memanggil isteri dan ke 4 orang putrinya untuk diperkenalkan kepada kamiÂ
Bulan Ramadan Setiap Hari Dapat MakananÂ
Pada bulan Ramadan setiap hari kami diantarkan makanan sebelum jam berbuka puasa. Hal ini semakin menambah rasa hormat kami, bahwa makanan yang diberikan kepada kami,bukanlah sisa sisa yang tidak habis disantap saat berbuka puasa,melainkan masakan baru,yang empunya rumah sendiri,belum mencicipinya. Â Ada rasa haru dan bersyukur kepada Tuhan,bahwa kami mendapatkan tempat berteduh dirumah orang baik,walaupun beda suku dan beda agama . Saking banyaknya makanan yang diberikan ,maka selama sebulan isteri saya tidak masak .Â
Bahkan pada hari Raya Idul Fitri putra kami dikasih angpau.  Sebuah pelajaran tentang ilmu kehidupan ternyata tidak musti dari bangku kuliah Karena hidup ini adalah University of Life  yang paling komplit.  Inilah pelajaran tentang makna hidup bertoleransi yang saya dapatkan dari pak H. MochtarÂ