Merupakan Pondasi Membangun Hidup Bertoleransi
Berbagi pengalaman kami, menjelajahi seluruh nusantara, semakin memperkaya pemahaman kami  tentang arti dari kalimat: "Bagiku agamaku dan Bagimu agamamu". Hal ini kami alami ketika kami berkunjung ke Banda Aceh, yang mendapatkan kehormatan mendapatkan julukan: "Serambi Mekah".Â
Walaupun banyak yang nyinyir mencegah agar kami jangan overconfident untuk berkunjung kedaerah: "keras", mengingat kami menyandang predikat sebagai orang dengan double minoritas. Tetapi kami yakin,niat kami datang adalah dengan setulus hati.Â
Tidak ada udang dibalik batu dan sama sekali tidak ada niat untuk menciderai keimanan warga setempat. Banyak yang menyarankan, agar isteri saya menggunakan kerudung, tapi kembali kepada pesan di atas: "Bagiku agamaku dan bagimu agamamu".Â
Kami tidak ingin menjadi manusia yang munafik, dengan berpura pura menggunakan peci dan pakai kerudung. Apalagi isteri saya sejak dulu selalu berpakaian sopan. Mengenakan celana panjang dan pakaian tertutup, tanpa jendela untuk orang bisa memandang ke dalamnya.Â
Ternyata Diterima dengan Sangat Antusias
Ternyata segala kekuatiran yang disampaikan kepada kami, sama sekali tidak benar. Kami diterima dengan sangat antusias dan tak seorangpun menyarankan isteri saya pakai kerudung atau saya pakai kopiah. Bahkan kami diajak makan bersama.Â
Saat makan bersama ini sungguh merupakan momentum yang sangat indah dan mengesankan. Kami duduk menikmati makanan sambil merasakan suasana kekeluargaan yang sangat kental. Tidak seorangpun yang membahas mengenai masalah agama, ataupun mengenai perbedaan suku. Kami berbincang bincang, sambil sesekali tertawa ceria, seakan kami sudah bertahun tahun bersahabat.Â
Padahal kami baru saja kenal selama dua hari. Bahkan saat usai makan dan saya mau membayar semua tagihan, ternyata sudah dibayar oleh salah seorang dari yang hadir.