Memetik Hikmah Ramadan Tentang Menyamai Kata dan  Perbuatan
Sebagai seorang non Muslim, tentu saya tidak berhak masuk ke dalam materi pelajaran yang disampaikan, tapi tentu boleh memetik hikmah dari pesan moral yang disampaikan. Agar selalu menyamakan kata dengan perbuatan.Â
Berbohong untuk mendapatkan simpati orang banyak atau agar disebut sebagai orang baik, sangat mudah. Bikin cerita seakan akan kita peduli akan orang yang hidup berkekurangan.Â
Ilustrasi gampang, tinggal comot sana sini. Dan untuk sementara waktu, nama kita akan jadi populer dan dimata orang banyak, diri kita adalah sosok yang mulia dan memiliki rasa kepedulian yang tinggi. Tetapi seperti kata peribahasa: "Sepandai pandainya membungkus bangkai, suatu waktu akan tercium juga"
Begitu juga dalam ruang kehidupan, sekali berbohong ,maka orang perlu berbohong puluhan kali lagi untuk menutupi kebohongan yang pertama. Saya pernah mendengarkan: "Mengapa kamu mengatakan,sesuatu yang sesungguhnya tidak kamu lakukan?" Â Ada ayat ayat, yang tidak berani saya kutip, karena kuatir salah. Tapi esensial dari pesan moral ini,adalah menyamakan kata dengan perbuatan.Â
Dalam hal ini, alangkah eloknya bila kita selalu berusaha agar sekokoh batu karang, yang tidak goyah diterpa ombak dan badai, Tetap pada prinsip hidup: "jujur pada diri sendiri dan jujur pada siapapun"
Untuk apa, demi mendapatkan puji pujian orang, kita menceritakan seolah olah sudah ikut peduli akan nasib orang miskin dan sudah mengaplikasikan hidup berbagi, padahal tidak sekalipun kita melakukannya? Hal ini selalu menjadi renungan bagi saya pribadi, untuk tidak pernah melakukannya.Â
Walaupun tidak ada orang yang tahu, tapi Tuhan Mahatahu dan mengetahui segala sesuatunya. Sehingga diri kita tidak terjebak menjadi orang munafik, lain yang dikatakan, lain yang dilakukan.
Renungan diri di pagi cerah ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H