Memarahi atau Membantunya?
Bila kejadian atas diri orang lain maka kita dengan sangat percaya diri memberikan petata petiti, antara lain "Maafkanlah orang yang bersalah kepada kita dengan ikhlas."Â
Tetapi dikala terjadi atas diri kita sendiri, baru kita sadar diri bahwa memberikan nasihat pada orang lain sangatlah muda, tetapi saat mengalami sendiri baru tahu bahwa untuk dapat memaafkan butuh perjuangan untuk mengalahkan diri sendiri.Â
Apalagi bila orang yang sudah kita tolong dengan bersusah payah tanpa mengharapkan balasasan apapun ternyata tega membalas air susu dengan air tuba. Â
Dengan maksud baik untuk membantu, kita pinjamkan modal agar ia dapat mengubah nasibnya agar jangan terus menjadi Tukang Beca seumur hidupnya.
Tetapi ternyata  niat baik tidak selalu mendapatkan balasan yang baik, karena orang yang sudah dianggap sebagai saudara sendiri tidak pernah kembali lagi.Â
Marah dan kecewa? Sebagai manusia biasa dan bukan malaikat, tentu saja ada rasa kecewa yang amat sangat karena orang yang kita sayangi dan sudah dianggap sebagai anggota keluarga sendiri ternyata tega melakukan hal tersebut kepada diri kita.Â
Tapi setelah perjuangan batin, akhirnya saya bersyukur dapat mengikhlaskan semua modal yang dipinjamkan tanpa pamrih hilang lenyap. Dan sama sekali tidak ada dendam didalam hati
Selang Beberapa Tahun KemudianÂ
Selang beberapa tahun kemudian, kami ketemu kembali, tetapi ternyata sudah kembali ke profesi semula yakni menjadi Tukang Beca.Â
Saya sangat sedih karena niat baik untuk membantu dirinya mengubah nasib ternyata sia sia. Menyaksikan kondisinya yang kurus dan pucat, saya datangi dan kami sempat berbicara beberapa saat.Â