Belajar Hidup Berbagi Dari Orang Miskin
Persisnya tanggal berapa kejadiannya,sungguh saya tidak ingat lagi.Yang saya ingat adalah dipertengahan bulan Januari  tahun 1965,bertepatan dengan umat Muslim menjalankan Ibadah Puasa. Saya tidak ingat, apakah sudah pernah menuliskannya di Kompasiana atau belum,tapi kalau di dalam salah satu buku karya tulis ,saya sudah pernah  menceritakannya.Â
Saya berusaha menulis to the point pada inti pesan moral yang saya peroleh dari kejadian pada waktu itu,agar tulisan saya tidak membosankan ,karena terlalu panjang . Pada waktu itu ,kami baru menikah ,tepatnya pada tanggal 2 Januari 1965.Â
Seminggu setelah menikah,kami langsung pindah ke Medan dan menumpang di rumah tante kami di Jalan Gandhi no.39 F ,tepatnya dipersimpangan jalan Asia di kota Medan. Â
Karena sudah mendapatkan tumpangan gratis,maka tentu saya merasa risih,kalau hidup kami berdua membebani tante kami,yang juga punya anak dua orang. Karena  itu saya  nekad untuk mencoba dagang antar kota ,dari Medan ke Padang.
 Dari Medan,saya membawa permen yang langsung diambil dari pabrik dengan harga yang lebih murah,ketimbang beli dari agennya. Karena tante kami kenal baik dengan pemilik pabrik,maka saya boleh membawa barangnya dan baru dibayar setelah kembali dari Padang.
Tapi malamnya saya demam dan tidak bisa tidur. Entah karena pengaruh faktor psikologi,karena belum pernah berbisnis antar kota dan sekaligus rasa berat meninggalkan isteri saya dalam masa yang seharusnya masih honeymoon.Â
 Paginya dengan kepala masih sakit dan demam,saya memaksa diri untuk tetap berangkat ke Padang, Karena tidak ingin tiket bus ALS yang sudah dibeli hangus. Selain itu,saya sudah mengambil beberapa kardus permen dari Pabrik dan berjanji dalam waktu seminggu akan dilunaskan. Maka dengan perasaan campur aduk,saya diantarkan isteri dengan menumpang Beca ke perhentian bus ALS.
Isteri Saya Menyaksikan Keberangkatan Bus Dengan Air Mata  Berlinang
Setibanya di perhentian bus ALS,saya langsung naik dan duduk disamping jendela,sesuai nomor tertera di tiket.Sewaktu bus mulai bergerak,saya melambaikan tangan kepada isteri saya .Saya sungguh tidak tega menyaksikan isteri saya menghapus air matanya.