Sebait puisi menyirat sejuta maknaÂ
Mari kita simak sebait Puisi karya ananda Hera Veronica yang berjudul :"Di Ujung Telunjuk Ada yang Membungkuk" https://www.kompasiana.com/heraveronica/Â
Di ujung telunjuk
ada hati remuk tak berdaya
laksana pesakitan diadili sang raja
Membaca sebait puisi ini, terbayang seorang pejabat  sedang marah dan menunjuk nunjuk bawahannya, yang hanya dapat menjawab: "Baik pak. siap kerjakan dengan kepala menunduk dan hati serasa remuk, karena diperlakukan tak ubahnya bagaikan jongos di zaman penjajahan. Walaupun hatinya tidak menerima diperlakukan seperti itu, tapi apalah daya seorang bawahan.Â
Bila berani menantang , maka resikonya akan dipecat atau diisolasikan. Maka demi agar keluarga tetap bisa hidup, maka dengan terpaksa mematuhi semua perintah atasan.
Dalam tiga kalimat yang membentuk sebait puisi tersebut ananda Hera sesungguhnya telah bercerita panjang lebar tentang kehidupan orang kecil,yang harus merunduk runduk dibawah telunjuk atasannya.
Sebait Puisi dari ananda Ari Budiyanti
Tetiba hati ini digerakan sebuah rasa
Yang memintaku untuk sekedar berbagi
Sepasang donat yang kubeli
Pagi itu kuberikan dalam bahagiajudul "Sepasang Donat Kebaikan", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/aribudiyanti
Sebait puisi yang ditulis oleh ananda Ari Budiyanti ,intinya menyirat pesan moral mendalam. Yakni untuk mengaplikasikan hidup berbagi,tidak perlu ada alasan. Apalagi sampai menghitung untung dan rugi. "Sepasang donat yang kubeli. Pagi itu kuberikan dalam bahagia" Â Yang ingin disampaikan oleh Penulisnya adalah :"Giving is giving" Memberi adalah memberi. Tidak perlu ada alasan,mengapa donat yang kubeli dengan uangku sendiri,harus kubagikan pada orang yang tidak kukenal?" Dalam sebait puisi ini Penulisnya menyampaikan pesan moral,bahwa kalau memberi,maka berikanlah dengan ikhlas,maka akan menghadirkan kebahagiaan tersendiri.