Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Kepala Kerbau dan Kendi Nusantara

15 Maret 2022   23:30 Diperbarui: 15 Maret 2022   23:35 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tanam kepala kerbau sebagai tumbal: merdeka.com

Setelah baca sana dan sini,maka saya mencomot cuplikan yang ditulis oleh Kompas.com sebagai berikut:

Setiap 1 Suro (1 Muharam) warga Desa Sumbermujur menggelar Maheso Suroan, sebuah ruwatan mata air dengan simbol mengubur kepala kerbau di tanah sekitar mata air. Ini merupakan tradisi turun-temurun warga desa. ”Kerbau adalah hewan yang kencingnya banyak. Dengan mengubur kepala kerbau di sekitar mata air, kami berharap mata air ini selalu mengalirkan air bening yang melimpah ruah seperti kencing kerbau,” kata Herry Gunawan, Ketua Kelompok Pelestari Sumber Daya Alam (KPSA) Kalijambe, menjelaskan.
Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2009/12/20/06194859/meruwat.mata.air.kehidupan?page=all.

"Selanjutnya, dilakukan penanaman kepala kerbau, kaki, dan ekor, sembilan ayam jantan wiring kuning, dan 99 boneka dari bahan singkong ’gethuk lindri’ di Balai Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)," katanya. Ia mengatakan, hal itu dimaksudkan untuk menenteramkan Gunung Merapi beserta dampaknya, dan sebagai tanda menyambut peradaban baru keistimewaan Yogyakarta. Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2010/11/09/04270659/NaN.

Apakah Ritual Kendi Nusantara ada Korelasinya dengan ritual penanaman kepala Kerbau saya belum mendapatkan benang  merahnya. 

Yang penting, aneka ragam ritual membuktikan bahwa negara kita masih memegang teguh tradisi dari nenek moyang yang memiliki filosofi tersendiri dalam memaknainya termasuk memahami arti ritual Kendi Nusantara. 

Sebagai orang yang terlahir di Padang, saya hanya mencoba memahaminya semaksimal mungkin tanpa mengomentari apapun. 

Karena mengomentari sesuatu yang sama sekali belum dipahami hanya akan menonjolkan kebodohan diri sendiri.

Maka saya memilih untuk menjadi silent reader sambil belajar memaknai arti dari sebuah ritual

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun