Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Ada Jalan Mundur di Universitas Kehidupan

13 Maret 2022   12:34 Diperbarui: 13 Maret 2022   12:48 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | stevepb/pixabay

Maju Terus atau Terlindas Arus Kehidupan 

Kita semua pasti sudah pernah mendengarkan kalimat "Onward, no retreat". Maju terus, pantang mundur!

Agaknya hal ini sangat tepat bila disematkan dalam menjalani hidup. Kalau boleh dianalogikan ibarat berada dalam arus lalu lintas, maka begitu tetiba kita berhenti di tengah jalan maka kita akan terlindas oleh arus kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi.

Bahkan ragu-ragu mengambil keputusan saat berada di persimpangan jalan, sudah sangat berpontesial menenggelamkan kita dalam bahaya maut.

Misalnya, saat lampu hijau mulai menyala dan kita masih bingung mau jalan terus, belok kiri, atau belok kanan.

Sementara di belakang kita bunyi klakson bertubi tubi mengingatkan agar kita bergerak. Maka akhirnya kita tancap gas dalam kebingungan, sehingga justru masuk ke jalan yang berlawanan arah, maka apa yang akan terjadi sudah dapat dibayangkan.

Bukan hanya mencelakakan diri sendiri, melainkan pengguna jalan raya lainnya. Hal ini sudah tak terhitung kalinya terjadi dimana mana dan masih terus berlanjut, karena orang mengemudikan kendaraan dalam keadaan pikiran tidak terkonsentrasi

Kembali ke Judul

Bila dijadikan kilas balik dalam ruang kehidupan lainnya, hal ini juga terjadi walaupun dalam wujud dan kondisi yang berbeda.

Saat berada di persimpangan jalan hidup, timbul keraguan dalam diri dan bingung jalan mana yang akan ditempuh, karena begitu banyak godaan dalam perjalanan hidup kita.

Dan begitu kita terhenti dan ragu dalam mengambil sebuah keputusan, maka kita akan terlindas oleh arus kehidupan, yang seringkali tidak mengenal belas kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun