Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menangis Dahulu Baru Bisa Tertawa

11 Oktober 2021   20:27 Diperbarui: 11 Oktober 2021   20:31 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memaknai Filosofi Hidup

Peribahasa :"Berakit rakit kehulu,berenang renang ketepian. Bersakit sakit dahulu bersenang senang kemudian. " Walaupun merupakan peribahasa tempo doeloe.tapi  masih tetap relevan untuk dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan. Sesungguhnya ,kita dapat memetik pelajaran berharga,setiap kali ada bayi yang dilahirkan. 

Karena sudah berpengalaman saat menantikan kelahiran anak anak kami,maka saya yakin,bahwa tidak ada seorang pun bayi yang dilahirkan di dunia ini, langsung bisa tertawa. Selalu diawali dengan tangisan. Setelah berlalu hari demi hari, maka bayi yang tadinya hanya bisa menangis,kini sudah mulai bisa tersenyum  dan kelak baru bisa ketawa. Hal ini bersifat universal,karena di dunia ini tak seorangpun bayi lahir langsung bisa tertawa.Dari setiap kejadian,kita selalu dapat memetik pelajaran berharga,termasuk dari kelahiran seorang bayi. 

Bayi Menangis Semua Yang Menuggu Bersorak Gembira

Bagi yang sudah pernah menunggu saat saat kelahiran bayi,pasti masih ingat dengan jelas. Bahwa menjelang detik detik kelahiran bayi,bukan hanya ibunya yang tegang,tapi juga pria yang menjadi ayahnya,serta semua anggota keluarga yang ikut menantikan kelahirannya. 

Uniknya,begitu terdengar suara bayi menangis,maka semua yang menunggu,sangat gembira dan mengucapkan :"Puji Tuhan atau Alhamduliliah ,bayi sudah lahir."Tetapi bila kelak ,si bayi menjadi dewasa dan ia menangis,maka orang yang menyaksikan tidak lagi tertawa,melainkan ikut bersedih hati.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Kilas Balik Dalam Kehidupan

Seyogyanya  dari kejadian ini,orang dapat memahami hakekat kehidupan,bahwa memang setiap orang harus menjalani kehidupan yang keras dan menyedihkan sebelum ia mendapatkan kesempatan untuk tertawa. Disinilah orang diuji ketahanan mentalnya. Apakah mampu bertahan hidup,sementara menunggu moment terpenting untuk mengubah hidup menjadi lebih baik,yakni :

"titik balik kehidupan"  Tentunya bila yang bersangkutan memang ingin mengubah nasibnya . Karena tak seorangpun akan dapat mengubah nasib orang lain,kecuali yang punya diri sendiri,Bahkan Tuhan tidak akan mengubah nasib sebuah bangsa,bila bangsa itu sendiri tidak mau berusaha untuk mengubah nasibnya. 

Tipe orang seperti ini ,berpikir :"Dengan kondisi seperti ini,saya sudah bisa hidup,mengapa harus mengambil resiko,keluar dari zona kenyaman dan keamanan?  Setiap orang berhak untuk memilih jalan hidupnya masing masing dan tak seorangpun berhak untuk mengintervensi. Tetapi jangan lupa,apa yang dipilih,akan menjadi hidup kita  .Atau dalam bahasa yang keminggris minggrisan, :"your choise is your life "

Tulisan ini merupakan intisari dari buku: "Your Choise is Your Life", karya tulis Tjiptadinata Effendi (*buku ini sudah tidak lagi dicetak ulang,serta tidak ada lagi ditoko buku*,jadi tulisan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan promosi terselubung )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun