Mewaspadai Kata "Insecure" yang Merasuki Generasi Muda
Kalau 20 tahun lalu masyarakat heboh tentang kesurupan massal yang terjadi dimana mana dan yang terbanyak menjadi korban adalah generasi muda. Â
Begitu paradigma unik ini menjadi viral., para tokoh masyarakat bukannya berembuk bersama sama untuk mencari jalan keluarnya, tapi malah yang terjadi adalah masyarakat sibuk berdebat antara kesurupan itu benar benar terjadi atau hanyalah merupakan gejala psikologi yang tidak dipahami orang banyak.Â
Maka orang sibuk mempertahankan pendapat masing masing. Satu kelompok amat yakin bahwa kesurupan tersebut memang ada dan menyaksikan serta mendengarkan dengan mata kepala sendiri, bahkan mendengarkan dengan sangat jelas yang kesurupan seorang wanita muda tapi yang keluar dari mulutnya adalah suara nenek nenek.
Sedangkan dari pihak yang mengaku sebagai "Ilmuan" tak mau kalah, mengeluarkan berjibun teori bahwa dalam dunia medis tidak dikenal adanya kesurupan. Yang terjadi adalah semacam gangguan psikologi. Akibatnya, energi yang seharusnya dimanfaatkan untuk membantu habis terkuras hanya untuk debat kusir yang tidak ada habis habisnya
Kembali KejudulÂ
Begitu juga dengan latahnya generasi muda menggunakan kata "insecure" sehingga dalam tempo yang sesingkat singkatnya telah merambah keseluruh kalangan remaja.
Insecure merujuk pada kata tidak percaya diri, merasa diri dalam kondisi tidak terlindungi atau dalam bahaya. Kata insecure secara tanpa sadar telah menciptakan image "minta perhatian, minta dikasihani"
Secara normal rasa tidak percaya diri atau perasaan was was yang sejak tempo dulu dikenal dengan istilah minder bila sesekali mengalami tentunya merupakan hal yang sangat manusiawi. Dalam bahasa sederhana boleh disebut " gamang" Â Yang dapat bersumber pada faktor external tapi bisa juga internal.
Berbagi Pengalaman Pribadi
Izinkanlah saya memberikan contoh pengalaman pribadi.Â