Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Legenda Si Malin Kundang Mendegradasi Kasih Ibu Sepanjang Jalan

9 September 2021   08:03 Diperbarui: 9 September 2021   10:18 1225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Mana Ada Ibu Yang Tega Menyumpahi Anaknya Agar Jadi Batu?

Legenda Si Malin Kundang sudah dikenal sejak lama dan rata rata orang sudah tahu isi ceritanya. Karena itu tidak perlu diceritakan ulang disini,karena hanya akan menghadirkan kejenuan bagi yang membaca. Walaupun niat hati Penulisnya adalah menyampaikan pesan moral.bahwa bila anak anak menduharkai ibunya, maka akibatnya seperti yang terjadi pada diri Si Malin Kundang,yakni jadi batu. Namun  walaupun pesan moral kisah sudah tersampaikan,tetapi ada yang menganjal di hati,yakni  esensial dari kisah Si Malin Kundang yang melegenda ini,bertabrakan dengan peribahasa tentang kasih ibu,yang berbunyi:
"Kasih ibu sepanjang jalan,Kasih anak sepenggalan"

Menyimak isi cerita legenda si Malin Kundang ,maka tanpa sadar ,kisah ini telah mendegrasi tentang kasih ibu. Karena diceritakan,karena sudah kaya raya,maka si Malin Kundang malu mengakui ibunya. Karena itu dapat disematkan kediri si Maling Kundang sebagai anak yang kasihnya hanya sepenggalan.

Tetapi ternyata kasih ibunya juga hanya sepenggalan Karena begitu harga dirinya tersakiti ,karena tidak diakui oleh anaknya,maka tanpa berbelas kasih,langsung mengutuki anaknya Dan seketika si Maling Kundang berubah jadi batu. Agaknya ada kepuasan diri bahwa begitu saktinya,sehingga hanya dengan menjumpahi anaknya,terus sumpahnya sakti dan anaknya jadi batu. Dimana raibnya kasih ibu sepanjang jalan?

Kilas Balik Dalam Kehidupan Nyata

Niat hari dari penulis kisah legenda si Maling Kundang ini tentu saja sangat baik,yakni menjadi peringatan bagi anak anak,agar jangan pernah menjadi anak durhaka. Karena itu kisah si Maling Kundang ini sering dijadikan pengantar tidur . Tetapi tanpa disadari telah menghadirkan image yang mendua tentang kasih sayang seorang ibu. Disatu sisi, adalah wanita yang siap mengorbankan hidupnya demi anak anak terkasih ,namun terselip wajah angker dari sosok wanita yang sedang mengutuki anaknya. 

Dalam hidup yang sesungguhnya,mana ada seorang ibu yang tega mengutuki anak kandungnya sendiri,hingga jadi batu? Kalaulah memang benar " Kasih ibu sepanjang jalan" maka seyogyanya,ibu mendoakan anaknya kepada Tuhan,agar diampuni dosa dosanya dan memohon agar anaknya yang durhaka bertobat dan kembali kepadanya.

Tapi hal ini hal ini tidak terjadi, yang ada justru wanita yang berperan sebagai ibu kandung dari sosok bernama Malin Kun dang membalas perlakuan anaknya dengan mengutikinya menjadi bati.

Suatu hal yang patut dijadikan bahsn kontemplasi diri

Tjiptadinata Effendi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun