Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Begini Caranya Saya Menghentikan Perundungan

7 September 2021   08:30 Diperbarui: 7 September 2021   09:48 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu lonceng berbunyi tanda sekolah usai, saya langsung kebelakang WC dan menanti si Bomber. Dengan petantang petenteng dan disaksikan banyak anak anak,ia mulai mendekati saya. Karena tangannya lebih panjang ,maka sebelum pukulan saya mengena,hidung saya sudah mengeluarkan darah kena tinju si Bomber. 

Saya merapat dan menghajar keulu hatinya,tapi tak ada efek ,malahan saya yang dihujani pukulan dan kemudian mendorong tubuh saya hingga saya jatuh terjengkang. Begitu saya berusaha bangun ,sebuah tendangan langsung ke wajah saya .Saya mencoba mencoba menangkis dengan tangan saya ,tapi akibatnya jari manis saya patah. 

Mata saya serasa berkunang kunang. Tapi sebagai anak yang terlahir dalam keluarga miskin, patah jari tangan tidak mematahkan semangat saya melawan. Saya berdiri dan dengan sekuat tenaga berlari kearah si Bomber dan menyudul dadanya dengan kepala saya. Si Bomber terkapar  dan tidak sadar diri.  Semua anak anak yang menonton terdiam ,mereka tidak menyangka bahwa si Bomber,terkapar ditangan anak kusir Bendi

Sejak saat itu,saya tidak lagi mau mengalah .Dikampung saya mendapatkan stigma "Pareman" (preman),karena tidak pernah menolak bila ditantang orang.Bahkan saya datangi rumahnya seorang diri ,kalau perkelahian belum tuntas

Hingga sudah punya cucu,sewaktu bertemu sahabat lama,saya dikenalkan sama keluarganya,:"Ini sahabat lama saya yang dulu Pareman di Padang" Tentu saja saya malu,masa lalu di ungkit ungkit,tapi memang kenyataan begitu ,mau apa lagi ya'.  Yang penting,kini saya tidak preman lagi,sudah jadi orang baik baik (hmmmm) 

Nah,itu kisah saya mengatasi perundungan dan sejak saat itu,tidak ada lagi yang berani mencoba merundung saya,karena akan saya datangi rumahnya,dimanapun ia berada.Bahkan di Kompasiana,saya sudah membuktikan bahwa saya tidak mau kalah dan tidak mau mengalah.

Untuk mencegah perundungan,maka semua cucu cucu kami mengikuti kursus ilmu bela diri sejak masih kanak kanak. Cucu pertama juara Wushu,cucu kedua dan ketiga taekwondo,sedangkan cucu yang di Jakarta Karate. Membekali anak cucu dengan ilmu bela diri,salah satu cara mencegah mereka jadi bulan bulanan perundung .

Dulu saya bisa memecahkan buah kelapa dengan tangan kosong,tapi kalau sekarang saya cobakan ,mungkin yang patah tangan saya ,karena sudah puluhan tahun tidak pernah  berlatih lagi

Silakan dipilah,mana yang patut ditiru dan mana yang jangan

Catatan: foto diatas menunjukan jari manis tangan kiri saya mengalami cacat permanen,karena melawan perundungan ,tapi semangat tidak pernah mau kalah ,tidak pernah surut. 

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun