Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Bukti Nyata

16 Agustus 2021   09:51 Diperbarui: 16 Agustus 2021   10:05 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi 

Hidup Tidak Dapat Dipatok Berdasarkan Logika Semata 

Dalam menjalani kehidupan logika perlu digunakan. Itulah salah satu manfaat kita dianugerahi akal budi. Agar berpikir dulu sebelum mengambil sebuah keputusan agar jangan sampai salah melangkah. 

Bila di analogikan para petani, maka dapatlah dikatakan bahwa "Salah menabur benih, maka akan rusak padi semusim " Tetapi bila salah memilih jalan hidup, maka boleh jadi akan rusak seluruh hidup kita. 

Untuk mempelajari semua ilmu kehidupan, orang tidak dapat hanya mengandalkan ilmu yang diperolehnya dibangku kuliah. Karena ada banyak hal yang sama sekali tidak pernah diajarkan diuniversitas manapun di dunia ini. Misalnya,di Universitas hanya :

  • ada sekolah kejuruan -                              tapi tidak ada sekolah kejujuran
  • ada sekolah tinggi filsafat-                      tapi tidak ada sekolah kerendahan  hati
  • ada sekolah meraih kesuksesan-          tapi tidak ada sekolah bangkit dari kegagalan
  • ada sekolah management keuangan -tapi tidak ada sekolah management hidup dalam kemiskinan

dan seterusnya dan seterusnya

Ada Kalanya Logika dan Kemampuan Matematika Tidak Berdaya

Dalam menjalani hidup, orang baru sadar atau menyadari bahwa ada kalanya logika dan kemampuan matematika menjadi mati daya berhadapan dengan kenyataan.

Dalam hidup Ada berjibun contoh dan pelajaran berharga  yang dapat dipetik. Antara lain dari hal yang sangat simple bahkan terkesan masalah sepele tapi memiliki pelajaran hidup yang bersifat vital.

Kemarin kami berbelanja ke Spudshed super market. Ada pajangan jeruk Mandarin.  Yang satu kelompok sangat menarik. Buahnya besar besar dan tampak fresh dan kulitnya mengkilat. Harganya 3 dolar satu kantong. Sedangkan yang disampingnya, ada onggokan jeruk Mandarin yang kecil kecil dan tampak kulitnya kuning pusat. Tampak jeruk tersebut agak berkerut kerut dan satu kantong yang sama insinya hanya dijual dengan harga hanya 1 dollar. 

Menyaksikan perbedaan penampilan dari keduanya, maka orang hanya mau membeli jeruk yang besar besar serta tampil fresh walaupun harganya lebih mahal dibandingkan jeruk yang sudah layu dan berkerut. 

Kami Membeli Kedua Duanya

Kami membeli kedua duanya, karena kalau ditotal harganya menjadi 4 dolar untuk ukuran tidak sampai seharga 1 cangkir kopi. Sambil mengemudikan kendaraan, isteri saja mulai membukakan jeruk bagi saya. Ternyata jeruk yang besar besar serta fresh dan harganya jauh lebih mahal, rasanya asam . Sehabis makan dua buah, maag saya terasa kambuh.

Tapi ketika isteri saya membuka kantong jeruk yang kami beli dengan harga murah,ternyata rasanya manis banget. Hingga beberapa buah jeruk saya nikmati selama perjalanan,sama sekali tidak merasakan sakit perut.  Satu lagi  bukti, bahwa kalau di takar secara logika dan matematika,seharusnya : Yang buahnya besar besar serta fresh,aalah merupakan pilihan pertama. Ternyata keliru. Justru yang tampak kesil ,rasanya paling manis. 

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun