Lelucon Seharusnya Hadirkan Kegembiraan Bukan Malah MenyakitiÂ
Dalam kondisi dan situasi pandemi Covid 19 ini,hampir semua orang terkena dampaknya. Bukan semata mata dinyatakan positif Corona,tapi dampak psikologis yang tidak kalah menakutkan. Selama ini mendapatkan kunjungan tetangga dan sanak saudara,rasanya senang banget. Tapi sejak belakangan ini, orang malah senang bila tidak ada yang datang kerumahnya.Â
Saat berbelanja ,walaupun sudah mengenakan masker dan jaga jarak,bila ada yang batuk batuk,semua orang menengok dan langsung menjauh,seakan akan yang batuk akan menularkan covid. Padahal boleh jadi,orang batuk hanya karena mengunyah sesuatu dalam mulutnya . Secara tanpa sadar ,Covid sudah menghantui kehidupan orang banyak. Â Sebagai orang yang punya perasaan dan punya hati,kita semua ikut prihatin atau bahkan lebih tepat dikatakan :"perih hati" menyaksikan kondisi,dimana setiap orang yang batuk dicurigai sebagai penebar virus maut Corona
Ada Yang Tega Bikin Lelucon Melukai Hati Orang Yang Sakit
Untuk mencegah agar jangan selalu dihantui rasa takut dan kecemasan berlebihan,maka orang butuh refreshing,butuh hiburan untuk menepis atau meminimalisir dampak psikologi dari pandemi Corona. Bisa dengan membaca kisah kisah lucu,maupun dengan menyaksikan film Walt Disney ,maupun humor yang menyegarkan .Â
Tetapi sayang sekali, bukan hanya ada,tapi cukup banyak orang yang tidak tahu tenggang rasa,dengan mengumbar candaan yang melukai hati orang,khususnya yang keluarganya terdampak positif Corona. Mungkin maksudnya untuk menghibur ,tapi malahan melukai. Seperti kalimat :" Berjodoh dengan Miss Corona? Wah,selamat ya heheheh" .Padahal anggota keluarga orang sedang terkapar dalam sekarat dirumah sakit.
Ada lagi kalimat,yang katanya "menjadi viral" ,yakni :"Corona is like your wife " ,yang tidak perlu disebutkan siapa yang mengatakan,semua orang sudah tahu. Coba kalau salah satu anggota keluarga kita terdampak Corona,masih tega menebar humor maut semacam ini? ?Â
Marilah kita saling bertenggang rasa dan saling memberikan semangat dalam kondisi semacam ini. Kalau tidak mampu menghibur,mending diam ,ketimbang Asbun atau Asmong,yang berpotensial melukai hati orang banyak. Bukankah kita semuanya punya keluarga?
Hanya sebuah renungan di hari Minggu pagi
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H