Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Rancak di Labuah

10 Juni 2021   19:01 Diperbarui: 10 Juni 2021   19:09 1065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: http://kristalmultimedia.blogspot.com/

Di Luar Tampil "Wah" Tapi Rumah Tangga Brantakan

Rancak di Labuah merupakan peribahasa yang berasal dari Sumatera Barat. Peribahasa ini merupakan sebuah sindiran kepada seseorang yang dluar tampil "Wah" dan mengagumkan, tapi ternyata kehidupan sesungguhnya brantakan. Di media sosial maupun di berbagai WAG selalu menjadi pusat perhatian. Tampil memesona dengan segala nasihat sana sini, tapi ternyata saat suatu waktu kita berkunjung kerumahnya sungguh sangat mengejutkan, karena berbeda bagaikan siang dan malam.

Kata "Rancak" berarti "Bagus" atau "Cantik"  Bisa ditujukan untuk wanita, misalnya "wah, rancak bana anaknyo " dan boleh juga digunakan untuk sebuah tulisan yang mantap. Misalnya "Rancak bana ulasannyo" Tapi kata "rancak" tidak digunakan untuk pria.  

Sedangkan kata "di labuah" dapat diartikan "diluar". Labuah juga berarti "Jalan". Jadi peribahasa ini dikatakan kepada orang yang tampil diluar, baik dalam kehidupan nyata maupun di dunia maya tampil begitu memesona, sehingga dikagumi orang banyak. Tetapi sayangnya, kehidupan sejatinya berbeda bagaikan siang dan malam

Tujuan Positif dari Peribahasa Ini

Walaupun bagi orang yang disindir dengan ucapan "Sadarlah, jaan cuma rancak di labuah", mungkin terasa sangat menyakiti karena merasa apa yang ditutupinya selama ini ternyata ketahuan dan diungkapkan secara terus terang. 

Tetapi sesungguhnya peribahasa ini bersifat positif, misalnya orang tua atau orang yang dituakan memberikan tegoran kepada anaknya "Yuang, apolah gunonyo iduik  rancak di labuah. Jaan sampe malompek tanggiri, malompek pulo bada bada"

Yang diterjemahkan secara bebas "Anakku, apalah gunanya hidup hanya tampil bagus diluar. Tidak perlu mengikuti gaya hidup orang kaya. hiduplah sesuai dengan jati diri sendiri. Yang singkatnya, hiduplah seperti apa adanya dan jangan sampai overacting meniru gaya orang kaya"

Walaupun zaman sudah berubah, tapi pesan moral dari sebuah peribahasa sesungguhnya tak lapuk dek hujan dan tak lakang dek paneh. Jadi tetap relevan untuk dijadikan pedoman dalam mengarungi kehidupan

The wisdom words atau kata kata bijak "Time is money" yang mengingatkan kepada kita semuanya bahwa waktu itu tak ternilai harganya dan tidak bisa dibeli, sehingga jangan dibiarkan terbuang sia sia. 

Dalam bahasa Minangkabau sesungguhnya sudah ada peribahasa yang intinya sama, yakni "Hari sehari dipatigo malam samalam diparampek. Duduak marawit ranjau,tagak maninjau jarak" Yang artinya adalah "Manfaatkanlah waktu sebaik baiknya"

Semoga tulisan ini ada manfaatnya

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun