Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gaya Hidup Jauh Lebih Mahal Dibandingkan Biaya Hidup

30 Mei 2021   21:40 Diperbarui: 30 Mei 2021   21:54 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Sumber: https://plazadelaestacion.es

Karena Itu Perlu Melepaskan Diri Dari Belenggu Gengsi Gengsian

Ada banyak nada candaan ,tentang gaya hidup kaum muda,yang kedengaranya lucu ,tapi sesungguhnya mengandung sebuah sindiran yang tajam,bagi yang memiliki kepekaan rasa . Salah satu contoh adalah :"Muda hidup foya foya,tua kaya raya dan mati masuk surga". Kalau kita mau menyediakan waktu 5 sampai 10 menit untuk melakukan kontemplasi ,maka kita akan menyadari,bahwa kalimat tersebut bukanlah canda murahan,melainkan sebuah sindirian yang mendalam. 

Mana mungkin,orang yang sewaktu muda menghabiskan uangnya untuk foya foya,kelak kalau sudah tua,menjadi kaya raya dan mati masuk surga. Kalimat ini intinya,adalah mengingatkan agar jangan sampai terhanyut dengan gaya berpikir semacam itu

Kalau Bisa Hidup Berhemat,Mengapa Harus Boros?

Mungkin pernah mendengarkan komentar miring tentang orang yang dinilai kaya,tapi masih mau makan di warung .Padahal belum tentu ia pelit. Pelit berarti tidak peduli pada orang lain .Pelit dapat dimaknai orang yang tidak peduli tentang hidup berbagi.Akan tetapi berhemat berarti,kalau hanya untuk gengsian,mengapa harus memboroskan uang?

Berhemat dimulai dari hal hal yang kecil dan tampak sepele. Misalnya kalau bisa minum kopi dan sarapan dirumah,mengapa harus ke kantin di tempat perkerjaan ? Kalau bisa membawa bekal dari rumah,mengapa harus makan siang direstoran? Rasanya gengsi ya? Masa bawa bawa bekal,kayak anak sekolahan? Nah,rasa gengsi inilah penyebab terbesar,menjerumuskan orang untuk terjun kedalam hidup yang boros .Minum kopi dan sarapan di kantin ,makan siang di kantin dan sorenya sebelum pulang,masih menikmati secangkir kopi dikantin. Pendapatan lumayan besar. Dalam hati,mungkin berpikir :"Kalau bukan sekarang saya nikmati uang,kapan lagi? 

Uang Tidak Bisa Dibawa Mati,Tapi Kalau Sebelum Mati Tidak Ada Lagi Uang .Gimana Rasanya?
Pemikiran bahwa :"uang tidak dibawa mati" sering menyesatkan orang atau menjadi asalan orang untuk berboros ria semasa muda dan penghasilan mengalir setiap bulannya.Tapi ketika mulai menua dan tidak lagi ada dana yang mengalir setiap bulannya,baru sadar diri. 

Apalagi ketika semakin hari,satu persatu dana deposito sudah dicairkan dan menguap.Ketika sadar diri,semuanya sudah terlambat.Kalau nasi sudah menjadi bubur,masih lumayan,buburnya masih bisa dimakan.Tapi kalau nasi sudah keburu hangus,mau diapakan  lagi?

Karena itu,mari kita hindari cara hidup muda bergaya,tua mati daya

Tjipadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun