Hingga Saat Ini Saya Menulis Tanpa Mengacu Pada Aturan Baku
Kalau wartawan menulis sebuah berita,berdasarkan prinsip 5 W + 1 H ,yakni :
- Who
- WhatÂ
- When
- Where
- Why
- How
Semua orang sudah tahu. Kami karena saya merasa diri saya bukanlah seorang wartawan,maka berarti tidak harus menulis berdasarkan patokan yang diberlakukan untuk wartawan. Karena itu, sejak dari awal,saya menulis sesuai kata hati saja dan tanpa target untuk mencapai sesuatu dengan tulisan tersebut. Begitu saya rasakan cukup memadai dan setelah saya baca ulang,terus di posting.Â
Bahwa walaupun setelah dibaca ulang dan di edit,ternyata masih ada terdapat beberapa kesalahan ketik atau masih menggunakan kata kata "kuno" bagi saya pribadi tidak menjadi masalah .Yang penting,ada orang yang membaca dan dapat memetik manfaat dari setiap tulisan yang saya posting.
Belum Matang Sudah Ditayang
Bila kita menutup diri terhadap saran dan kritik dari pembaca tulisan kita,maka berarti kita sudah menutup diri terhadap kemungkinan  memperbaiki mutu tulisan kita. Karena tulisan yang menurut kita sudah cukup baik dan diposting,boleh jadi menurut pembaca masih terlalu muda dan belum matang untuk di posting. Dalam kata lain,tulisan yang baru setengah jadi dan belum siap ,sudah ditayangkan,sehingga hasilnya yang baca cuma segelintir orang.Â
Kritikan semacam inilah yang saya terima  :" Mohon maaf pak Tjip, kalau boleh saya sarankan,sebaiknya pak Tjip posting satu artikel saja sehari. tapi sudah matang Daripada 2 atau 3 artikel setiap hari ,yang diposting dalam keadaan belum matang."Â
Tentu saja ,saran ini saya jadikan masukan yang berharga bagi saya. Tapi tidak secara serta merta saya menghentikan langkah untuk membatasi menulis hanya satu dalam sehari ,Walaupun sesungguhnya ,sama sekali tidak ada yang saya kejar .Tapi seperti yang sudah pernah saya sampaikan,bagi saya :"menulis adalah kebutuhan jiwa" ,bukan masalah berapa banyak orang yang akan membacanya.Â
Hingga saat ini saya masih terus belajar ,untuk menemukan titik kelemahan tulisan saya,sehingga dianggap belum matang untuk di posting. Hidup adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir dan saya akan terus belajar ,agar dapat menulis lebih baik dan lebih bermutu, Tak lupa terima kasih atas saran dan kritik,agar saya jangan sampai mengejar kuantitas,sehingga melupakan kualitas
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI