Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Seandainya Semua Orang Masuk Surga dan Hanya Satu yang Tidak

7 Mei 2021   11:35 Diperbarui: 7 Mei 2021   13:57 1455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuatir dan Cemas Yang Satu itu Adalah Diri Saya

Kali ini saya terinspirasi oleh Puisi dari karya tulis pak Hendro Santoso yang diposting pagi ini. Saya baca ulang hingga 3 kali demi untuk memahami esensialnya. Walaupun saya tidak ikut berpuasa, tapi bagi saya, hidup ini adalah kesempatan untuk belajar dan setiap orang yang dijumpai dapat dijadikan guru.

Pada waktu hidup kami masih morat marit, yang ada dalam pikiran saya adalah bagaimana cara untuk dapat berusaha untuk mengubah nasib kami. Setelah nasib berubah, pikiran saya tertuju bagaimana agar saya bisa sukses sebagai seorang Pengusaha. Dan ketika usaha sudah sukses, terus apalagi?  Setelah meraih sukses, kami ingin mewujudkan impian demi impian kami. Dan bersyukur  Tuhan sudah membukakan jalan bagi kami, sehingga semua impian kami menjadi kenyataan. 

Hasrat hati untuk mengunjungi 5 benua di dunia sudah terpenuhi. Menjelajahi seluruh Nusantara dari Sabang hingga Merauke juga sudah menjadi kenyataan. Selanjutnya  impian untuk menjelajahi The seven wonders of the world juga sudah kami lakoni. 

Apa Yang Sudah Saya Lakukan Dalam Perjalanan Hidup Ini?

Tetiba saja, setelah membaca puisi karya tulis dari pak Hendro Santoso, saya bagaikan terbangun dari mimpi dan menyadari bahwa hidup di dunia ini bukanlah semata mata untuk mereguk kenikmatan bagi diri sendiri, tapi sejauh mana hidup saya bermanfaat bagi orang lain?  Karena sebaik baiknya orang adalah orang yang hidupnya bermanfaat bagi sesama. Apakah hidup saya sudah memberikan manfaat pada orang lain? Sejujurnya saya tidak dapat menjawabnya. Sehingga saat membaca kalimat "Seandainya semua orang masuk surga dan hanya satu orang yang tidak boleh" saya jadi  terpikirkan "Siapakah orang yang satu ,yang tidak diizinkan masuk ke surga itu? Jangan jangan diri saya?"

Selama ini saya merasa diri saya baik baik saja atau setidaknya bukan orang jahat. Bahkan dengan berani saya ceritakan di media sosial bahwa saya sudah :

  • menyumbang untuk anak yatim piatu di berbagai tempat
  • menyumbang untuk korban gempa bumi di berbagai daerah
  • menyumbang untuk korban banjir 
  • siap membantu tetangga yang membutuhkan ditengah malam
  • dan seterusnya dan seterusnya. 

Merasa bahwa diri saya sudah cukup baik dan sudah memenuhi ajaran agama yang saya imani  Tetapi membaca kalimat di atas telah menghadirkan pencerahan bahwa yang memberikan penilaian akhir terhadap hidup bukanlah  diri kita, melainkan Tuhan Yang Mahapencipta. Sebagai manusia, tak seorangpun yang berhak mengkapling surga untuk dirinya maupun untuk keluarganya. 

Terima kasih kepada pak Hendro Santoso yang telah menginspirasi saya melalui puisinya yang indah

Burns Beach, musim gugur, Mei 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun