Seperti Kamu Mengasihi Diri Sendiri
Mendengar kalimat ini rasanya enak banget ya. Apalagi bila diucapkan dengan suara lantang dihadapan orang banyak "Saudara saudara terkasih. Kasihilah sesamamu manusia seperti kamu mengasihi diri sendiri!" Wuih, semua mata terkagum kagum menengok kepada diri kita. Ada secercah rasa bangga diri kita tampil elegant di depan begitu banyak orang dan dikagumi.Â
Tetapi ketika acara usai malam harinya, saya teringat akan pidato diatas pentas siang tadi. Ada rasa bersalah mengusik kalbu saya. Karena apa yang disampaikan kepada orang banyak hanyalah untuk melambungkan image saya dihadapan orang banyak. Padahal kalau mau menjawab secara jujur, walaupun usia sudah melewati tiga perempat abad yang kalau diibaratkan dengan bangunan sesaat lagi akan menjadi "heritage building", tapi sesungguhnya saya belum mampu mengaplikasikan kalimat tersebut secara utuh
Kalau Sebatas "Kasihilah Sesamamu" saya berani mengatakan "Yes!" karena memang saya tidak membenci serorangpun di dunia ini termasuk orang orang yang sudah melukai hati saya secara sangat mendalam, bahkan yang menyebabkan saya ditangkap ditengah malam di salah satu hotel di Manado. Tapi kalau "Mengasihi seperti diri sendiri" nah ini yang saya belum mampu melakukannya, sungguh
Mengapa?
Seandainya ada orang yang lapar dan minta nasi pasti akan saya berikan. Kalau ada tetangga yang anaknya sakit atau isterinya mau melahirkan ditengah malam mengetuk pintu rumah kami, pasti saya akan mengantarkan. Dan bila dalam perjalanan saya menemukan ada orang yang jadi korban tabrak lari tanpa berpikir anak siapa atau suku mana atau apa agamanya pasti akan saya antarkan kerumah sakit .
Tapi kalau orang orang yang sudah pernah menghianati saya dulu walaupun sudah saya maafkan dan kini minta agar kami bisa bersahabat kembali seperti dulu, sejujurnya saya belum mampu melakukannya hingga diusia jelang ke 78 ini.Â
Kalau hidupnya susah dan tidak ada uang untuk makan, saya ikhlas memberikan sesuai kemampuan. Tapi kalau diminta untuk menjadi sahabat baik lagi seperti dulu dimana ia bebas keluar masuk kedalam rumah kami, sungguh saya belum mampu lakukan. Makanya hingga saat ini upaya untuk menjadi orang baik masih jauh panggang dari apiÂ
Kalau karena ini saya berdosa, maka dosanya saya tanggung dengan ikhlas karena saya tidak ingin menjadi orang munafik. Kalau saya mengundang teman teman untuk acara makan bersama, berarti saya dengan ikhlas mengundangnya dan ingin menjadi sahabat baik.Â
Begitu juga kami kami sampaikan bila berkunjung ke Australia, jangan lupa kabarkan ya, akan kami ajak jalan jalan. Maka undangan inipun kami sampaikan dengan setulus hati.
Tapi undangan seperti ini tidak kepada semua orang kami sampaikan karena berada bersama sama dengan orang yang tidak berkenan dihati kita hanya akan membuat suasana menjadi beku .