Sama Sama Bunuh Diri dan Bunuh Orang Lain, Apakah "Mutunya" Sama Saja?
Sebagai orang yang dilahirkan pada era Dai Nippon,yakni tahun 1943,walaupun tidak secara langsung merasakan akibat kehadiran "Saudara Tua" ini di negeri kita,karena saya masih bayi,tapi banyak kisah kisah tentang "kebaikan hati " dari tindakan "saudara tua" ini yang saya dengar dari orang tua,sejak masih kecil.Bahkan kisah tentang ayah saya alm.yang hampir saja "dikarungkan" tapi bersyukur berhasil menyelamatkan diri.Â
Salah satu kisah yang tak pernah saya lupakan dan yakin semua orang juga tahu,yakni  selain Kempeitai, Jepang masih memiliki pasukan lain yang diberi nama Kamikaze. Yang merupakan  pasukan bunuh diri  yang siap mempertaruhkan nyawanya untuk Jepang.Â
Pasukan ini bergerak di udara hingga kerap disebut sebagai the angel of dearh atau Dewa Kematian  Pilot pesawat yang mengangkut para Kamikaze ini,konon menurut cerita,hanya dilatih untuk menerbangkan pesawatnya tapi tidak dilatih untuk kembali ke landasan.
Tujuannya jelas,terbang dengan :"one way ticket with no return" Terbang dan menghujamkan pesawat yang membawa bom ke kapal atau markas musuh dan mati bersama musuh. Untuk kisah ini,tak perlu kita berselancar di google,karena anak SD zaman dulu pasti seratus persen sudah tahu akan kisah ini,Â
Tapi mengulangi kisah lama,tidak selalu baik,termasuk mengulangi kisah tentang bagaimana tentara Dai Nippon ini memperlakukan "adik adiknya" di Indonesia,karena dapat membuat luka lama berdarah kembali.Â
Cukuplah bila kita sebut saja,tentang saksi bisu yang ditinggalkan sebagai kenangan pahit ,yakni :"Lobang Japang" (lubang Jepang) di Bukittinggi, Sumatera Barat
Kembali Kejudul
Sebagai orang yang waras,rasanya sulit untuk memahami alur dan cara berpikir orang orang yang mau bunuh diri,demi untuk membunuh orang lain. Tapi biarlah hal itu menjadi urusan mereka,karena tugas kita adalah mendidik anak cucu kita ,agar jangan sampai terjerumus kejurang yang sama. Dan seperti kata peribahsa:"Bila ingin mengubah dunia,maka mulailah terlebih dulu dari diri sendiri dan keluarga kita" .
Yang tentunya dimulai dari dalam diri kita terlebih dulu.Karena kita tidak mungkin dapat menyelamatkan anak cucu dan anggota keluarga ,bila diri kita sendiri tenggelam
Melawan teroris tidak cukup hanya sebatas slogan dan teriakan,tapi harus ada tindakan nyata. Salah satunya adalah mengawasi dan mendidik anak anak kita,agar jangan sampai terseret ide gila ,seperti yang sudah terjadi. Kita semua berduka. Indonesia berduka dan dunia juga berduka. Jangan biarkan kedukaan ini terulang lagi