Terserah Pada Kita Mau Menjadi Apa Kelak ?
Kita semua pasti sudah pernah mendengarkan kalimat "My destiny is in my hands and your destiny is ini your hands" Â Yang dapat diterjemahkan secara bebas adalah "Nasib kita ada ditangan masing masing" Â Â
Meratapi nasib tidak akan mengubah apapun, bahkan hanya akan memperburuk keadaan. Secara pribadi, saya bukan tipe orang yang sok agamis tapi saya percaya akan kata kata "Bahkan Tuhan tidak akan mengubah nasib kita bila kita sendiri tidak mau berusaha mengubahnya"Â
Untuk mengubah nasib tidak perlu harus bayar seminar motivasi mahal mahal, karena sesungguhnya sangat sederhana. Yakni :
- Mulai dengan mengubah sikap mental
- Berubahnya sikap mental ,akan mengubah prilaku
- Berani mengambil keputusan
- Memahami bahwa setiap keputusan selalu ada resiko
- Mau mengubah nasib, harus berani ambil resiko
- Kerja keras dengan otot dan otak
- Karena bila hanya kerja keras menggunakan otot,maka seumur hidup kita akan tetap kuli
- Konsisten pada tujuan awalÂ
- Jangan pernah menyerah
- Tidak ada jalan toll menuju kesuksesanÂ
- Jangan pernah berharap memenangkan loteraiÂ
- Orang yang takut gagal ,takkan pernah dapat mengubah nasibnya
Konsistensi Adalah Kunci Utama
Semua orang kalau ditanya, apakah anda mau sukses? Hampir dapat dipastikan bahwa 99 persen akan mengatakan "Saya mau" Yang satu persen lagi mungkin tidak mendengarkan pertanyaan atau lagi sakit gigi sehingga tidak bisa menjawab.
Konsistensi untuk tetap pada tujuan utama adalah kunci untuk mewujudkan impian kita  Untuk dapat menjadi pribadi yang konsiten, perlu disiplin diri. Hasrat hati untuk mewujudkan cita cita harus tercipta dari dalam diri kita sendiri, sehingga menjadi mantap dan tegar. Jangan sampai meniru  "semangat coca cola", begitu dibuka meluap luap,tapi sesaat kemudian diam tidak bergerak.Â
Berapa Lama Dibutuhkan Waktu Hingga Nasib Berubah?
Setiap orang tentu saja perjalanan hidupnya memiliki alur dan jalur masing masing, Jadi hidup tidak dapat dipatok secara matematika. Sebagai contoh sejak berada dititik nadir kehidupan menemukan" turning point " untuk mengubah haluan hidup, saya dan isteri membutuhkan waktu 11 Â tahun lamanya. Yakni dari Tukang Jual Kelapa parut di pasar hingga dapat membangun rumah sederhana dan hidup layak bersama anak anak.
Usia  38  Tahun yakni pada tahun kami sudah tinggal di Komplek Wisma Indah I dirumah permanent hak milik pribadi tanpa menggunakan uang bank. Dan tahun 1984 yakni saat saya berusia 41 tahun, kami sudah mampu membiayai purtra pertama kami melanjutkan studi di California State Univesity. Kemudian menyusul putra kedua ke Sacamento dan menyusul putri kami ke Seatle masih di Amerika Serikat.
Agar dapat konsisten perlu dimulai dari hal hal yang tampak sepele dan kecil, seperti misalnya saya mulai menulis di Kompasiana sejak bulan Oktober  tahun 2012 dan hingga kini sudah lebih dari 8 tahun tidak pernah absen menulis.Â