Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Isteri Mengingatkan Saya

17 Februari 2021   19:47 Diperbarui: 17 Februari 2021   20:18 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi:https://bobo.grid.id/read

Dulu Makan Sebungkus Nasi Rames Bertiga
Kami baru saja selesai makan malam dirumah. Menu kali ini ,nasi dan dendeng balado, serta ketimun. Dipiring saya ada 3 potong dendeng balado. Saya bilang kepada isteri saya: "Sayang, 2 potong sudah lebih dari cukup." Tapi isteri saya bilang: "Koko, dulu hidup kita susah. Sebungkus nasi rames kita makan bertiga sama anak dan hanya ada satu potong dendeng. Tapi kini,kita bersyukur,nasib kita sudah berubah. Apalagi anak anak membantu kita setiap bulan, karena itu nggak apalah kita makan enak ya"

Saya terdiam. Pikiran saya melayang kemasa lampau,yakni 50 tahun lalu, saat kehidupan kami sedang berada dititik nadir. Gaji sebagai guru sebesar 16 ribu rupiah, plus tunjangan "in natura" sebanyak 9 kilogram beras hanya cukup untuk makan 2 minggu. Selebihnya harus ditutupi dengan gaji isteri dan hasil penjualan kelapa di pasar. 

Berhutang Hanya Demi Sebungkus Nasi Rames

Bila sudah memasukki tanggal tua,suasana hati saya menjadi tidak nyaman. Karena berarti saya harus menebalkan kulit wajah saya dan bilang pada Koh Santung, yang jualan Nasi Padang di gerobak didepan Bioskop Purnama : "Maaf ya koh, utang 3 bungkus nasi belum saya bayar,hmm masih boleh utang satu bungkus lagi? Besok gajian,akan saya lunaskan semuanya"

Jawaban yang diberikan Koh Santung,sangat melegakan:"Oh boleh  Koh,kita sama sama orang susah. Owe mengerti koh"  Rasanya saya mau menangis dan memeluk si Koh Santung ini Yang bukan siapa siapa dan sama sekali tidak ada hubungan kerabat,tapi dengan ikhlas mau memberi utang nasi pada saya.

Bagaikan Mimpi

"Koko kok melamun?" tiba tiba  isteri saya menyadarkan,bahwa satu sendok nasi,masih ada ditangan saya dan belum saya masukkan kedalam mulut."Oya ya," kata saya dan mulai makan perlahan lahan .Tapi tidak serta merta pikiran saya hadir ,karena masih terbayang betapa menderitanya anak dan isteri saya ,pada waktu itu.Tapi saya tidak mau menyebabkan isteri saya merasa bersalah,karena sudah mengingatkan saya akan masa kelam hidup kami,maka saya mulai makan .

Tapi isteri saya menyaksikan semuanya dan memeluk saya :"Koko,maaf ya ,Lin tidak bermaksud mengingatkan Koko akan masa lalu kita " Tapi saya justru senang isteri saya telah mengingatkan saya ,agar jangan pernah lupa untuk bersyukur .Dan mata kami basah oleh air mata. Tapi air mata yang berbeda total dengan air mata kami lima puluh tahun lalu  .

Rasanya bagaikan mimpi,saat ini kami tinggal di tepi pantai di Benua Australia .Dan rak yang tingginya 2 meteran,sarat dengan segala macam bahan makanan .Tak ubahnya bagaikan mini market.sungguhan . Pokoknya untuk urusan makan minum,tapi tidak perlu lagi mikir. Bahkan kemarin ada paket datang dari Super Market Coles .Ada 9 box makanan kecil,ternyata dikirimkan untuk kami oleh putra kami . 

Baru yakin bahwa semua akan indah pada waktunya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun