Seakan Sesudah Menikah Maka Orang Akan Hidup Bagaikan di Taman  Firdaus
"Setelah menikah, maka kami melakukan perjalanan jauh, yakni ke Las Vegas untuk berbulan madu. Tinggal di hotel berbintang 5 dan menikmati honeymoon kami bagaikan hidup di Taman Firdaus. Semua fasilitas tersedia secara lengkap dalam kamar hotel, bahkan ada ruang sauna dan tempat berenang air hangat.
Saat kami keluar kamar,di lobby sudah menantikan Sopir Limosin yang akan mengantarkan kami jalan jalan mengelilingi Las Vegas. Malam harinya,kami ikut menimati suasasa Casino, sambil mereguk kenikmatan hidup. Ikut main judi hingga larut malam. Kalah ribuan dolar, bagi kami sama sekali tidak ada masalah. Apalah artinya uang, dibandingkan kesenangan yang dapat kami reguk selama honeymoon? "
Inilah salah satu contoh, tulisan yang merupakan racun bagi para pembaca, khususnya yang masih muda dan masih mentah dalam memahami arti kehidupan berkeluarga yang sesungguhnya. Sehingga begitu mudah menelan semua informasi dan bacaan. Membayangkan bahwa setelah menikah, semuanya akan dapat melenggang dengan mulus di jalan toll kehidupan.
Jangan Hanya Menampilkan Hasil AkhirÂ
Sebuah tulisan diharapkan dapat menjadi inspirasi dan syukur syukur sekaligus memiliki daya untuk memotivasi pembacanya, untuk dapat mengubah hidup menjadi lebih baik.
Setidaknya, sebuah tulisan diharapkan dapat secara minimal merupakan informasi yang bermanfaat. Mengenai tata bahasa dan gaya bertutur yang dikedepankan, walaupun penting, tapi tidak merupakan selling point penting dalam memaknai arti keberadaan sebuah tulisan bila ditinjau dari sudut manfaatnya.
Memunculkan tetiba saja sudah sukses dan bahagia, sangat berpotensial meracuni jiwa kawula muda. Karena itu, alangkah eloknya menampilkan "sisi gelap" perjalanan dalam menjadikan sebuah impian menjadi kenyataan.
Kisah jatuh bangun dan penderitaan, serta menjalani hidup dengan tunggang tunggik bukanlah hal yang memalukan. Setidaknya menurut pendapat saya, sebagai orang yang sudah menjalani masa masa keterpurukan, bahkan hampir mencapai titik nadir dalam kehidupan. Semasa tiada hari tanpa air mata dan keperihan hati menjalani hidup yang keras dan gersang. Pembaca perlu dan penting tahu bahwa "No pain , no gain". Tidak akan ada hasil, tanpa usaha.
Berhutang Hanya Untuk Sebungkus Nasi Rames
Kisah sejati, tentang seringnya saya harus menebalkan kulit muka karena harus berhutang hanya untuk sebungkus nasi rames, juga bukanlah aib yang perlu disembunyikan. Karena memang itu adalah bagian dari storytelling kehidupan pribadi kami.Â
Bahwa saat putra pertama kami Irmansyah sakit dan kejang kejang karena ketiadaan uang, maka cincin kawin pun dijual. Mungkin bagi orang lain, hal ini dianggap sebuah kehinaan, tapi itulah fakta sejati, bahwa begitulah hidup kami yang sesungguhnya.
Sehingga setelah menampilkan kisah hidup secara utuh ,orang yang membaca dapat menangkap pesan moral yakni "Butuh waktu bertahun tahun perjuangan dan kerja keras, sebelum impian demi impian kami jadi kenyataan".