Adalah Bangkit Dari  Kejatuhan
Mengenai perjalanan hidup kami sejak dari awal ,sudah diceritakan oleh belahan jiwa saya ,melalui tulisan berseri. Dan tentu tak elok bila saya mengulangi lagi menceritakannya. Seakan mau bersaing dengan pasangan hidup . Karena itu saya sama sekali tidak akan mengulangi lagi kisah lama yakni pada waktu kami bekerja keras selama belasan tahun,demi untuk mengubah nasib .
Yang akan saya ceritakan adalah  bahwa membangun sebuah rumah,sudah sangat sulit,tapi membangun dari reruntuhan rumah,jauh lebih sulit lagi. Karena harus membersihkan puing puing keruntuhan,sebelum mulai membangun lagi. Hal ini merupakan analogi,betapa dalam keterpurukan,sungguh sungguh dituntut tekad yang membaca dan kerja keras tanpa kenal menyerah,agar dapat memulihkan kembali hidup kami yang sudah brantakan,akibat ditipu mitra bisnis.
Meratapi Nasib Tak Akan Mengubah Apapun
Kalimat sakti ini,sudah sangat sering kita dengarkan,malahan secara pribadi entah sudah beberapa kali saya sebutkan ,untuk memberikan motivasi kepada teman teman yang hidupnya sedang dirundung malang. Tapi saat tiba giliran,saya yang harus menjalaninya secara pribadi,bahwa sadar sepenuhnya,bahwa membangun dari keruntuhan ,sungguh dituntut tekad yang membaja. Tanpa hal ini,maka niat untuk membangun kembali apa yang sudah runtuh,hanya akan tinggal kenangan abadi.
Rasanya  seluruh daya hidup yang ada dalam diri saya mendadak mengalami kelumpuhan.Saya tidak menangis,tapi perangai saya berubah total Saya mengisolasi diri dengan berkurung dalam kamar dan tidak ingin bertemu siapapun,kecuali anak isteri.
Keikhlasan Isteri Adalah Kekuatan Suami
Menyaksikan isteri dengan ikhlas menjual semua perhiasannya,baik yang ada dalam safety box ,maupun yang biasa dipakainya,semua dijual dan hanya tersisa cincin kawin,demi untuk dapat membeli sebuah L 300 bekas.Â
Karena sedan corolla kami sudah dijual untuk menumboki utang di bank.Isteri saya tidak pernah mengeluh dan menjalani semuanya dengan tabah. Hal inilah yang membuat saya tersentak dan sadar diri,betapa teganya saya membiarkan isteri saya ,memikul beban hidup keluarga seorang diri. Karena itu saya mulai membangun dari puing puing keruntuhan kami. Dan didukung sepenuhnya dengan perhatian dan kasih sayang isteri dan anak anak,beberapa tahun kemudian,kami bersyukur kepada Tuhan,usaha kami mulai bangkit lagi .
Hal inilah yang semakin mencintai wanita yang dengan setia mendampingi saya  .Dan sebebal apapun hati seorang laki laki,mustahil akan tega menghianati wanita yang telah menyerahkan seluruh cinta dan hidupnya untuk mendampingi saat saya berada diambang kehancuran mental.Nah, inilah salah satu kunci,bagaimana kami mampu melewati badai kehidupan selama lebih dari 56 tahun adalah cinta isteri yang tanpa syarat.
Tjiptadinata Effendi