Seni Membaca Yang Sering Diabaikan
Salah seorang yang hampir selalu membungkus pesan moral dengan humor adalah Prof.Felix Tani .Silakan disimak tulisan pak Felix ,sarat dengan humor si Poltak. Sepintas seakan akan kesan dan pesan yang disampaikan hanyalah :"menghibur " semata. Padahal bila kita membaca bukan hanya dengan mata,tapi dengan hati dan pikiran,maka dalam setiap tulisan akan ditemukan butir butir mutiara kehidupan.Â
Hal inilah agaknya yang sudah dilupakan ,mungkin dianggap tidak penting .Ibarat orang menerima kado dan hanya tertarik pada kertas kadonya yang menarik penuh lukisan. Padahal yang paling berharga adalah isinya,Pembungkus Kado hanya melengkapi ,untuk mempercantik tampilan Kado yang akan dibagikan
Seni Menemukan Butir Pencerahan Dalam Tulisan Humor
Nadya ,gadis kecil yang lahir dan dibesarkan disalah satu kampung di Sumatera Barat ,dibawa oleh Tantenya untuk jalan jalan ke Australia. Begitu tiba di Australia,Nadya heran menyaksikan bahwa disini anak anak semuanya sudah beruban . Karena ia tidak tahu bahwa sesungguhnya bukan uban,melainkan memang dari sononya,rambut orang bule itu pirang,mirip dengan uban.Â
Dalam hati ,Nadya bersyukur,bahwa ia dilahirkan di Indonesia dengan rambut hitam. Hanya kakek neneknya yang rambutnya  memutih ,karena uban. Maka Nadya bertanya kepada tantenya:"Tante,kapan anak anak disini rambut mereka akan berubah jadi hitam?" Dan dengan mantap tantenya menjawab: "Tak akan pernah Nadya,rambut mereka akan selamanya demikian" Mendengar jawaban tantenya,Nadya semakin bersyukur bahwa dirinya dilahirkan di Indonesia
Sudut pandang anak Australia
Diseberang rumah tante Nadya,tampak Laura , anak "bule" sedang memperhatikan Nadya dengan rambutnya yang panjang dan ikal. Lalu bertanya kepada ibunya:"Mam,kapan anak anak Indonesia,rambut mereka bisa seperti kita?" Maka dengan santai mamanya menjawab:"Around 50 years darling:Â
Mendengar hal ini,Laura sangat bersyukur bahwa dirinya dilahirkan di Australia,karena sejak dari kecil rambutnya sudah berwarna pirang dan indah berkilauan kena sinar mentari  Ia kasihan memikirkan "nasib" anak anak Indonesia,yang harus menunggu setidaknya 50 tahun,baru dapat menikmati rambut yang indah seperti dirinya
Apa Kata  Freddy yang tidak berambut?
Sementara Nadya dan Laura ,sama sama bersyukur dengan kondisi dirinya, ternyata Freedy yang terlahir klimis alias botak, menyaksikan betapa kedua gadis remaja ini memiliki rambut yang panjang,sehingga tiap sebentar,mereka sibuk membenahi rambutnya yang kusut tertiup angin dan berpikir :
"Saya bersyukur dilahirkan tanpa rambut. Sehingga tidak perlu sibuk mengurusi rambut.Bahkan tidak perlu keluar uang setiap bulan untuk kesalon menggunting rambut. Tidak perlu sisir dan tidak perlu minyak rambut. Sehabis mandi,pakai handuk dan beres,saya sudah rapi."
Hatinya penuh dengan rasa syukur,bahwa dirinya terlahir klimis tanpa rambut,sehingga tidak perlu buang waktu untuk urusan rambut dan tak perlu buang uang beli shampoo dan ke salon
Ketika anak anak ini merasa bahagia dengan kondisi mereka masing masing
Silakan menemukan pesan moral yang ada dalam bungkusan humor ini
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H