Kontrol Diri bagi Para Penulis
Secara tanpa sadar, siapapun diri kita, bisa saja terjebak dalam arus keinginan agar tulisan kita dibaca oleh orang banyak. Menempati Posisi Nilai Tertinggi, bahkan Terpopuler.Â
Kalau jalan yang ditempuh tepat sasaran tentu saja tidak menjadi masalah. Membaca tulisan orang lain dan menyaksikan betapa "nikmatnya" tulisan bertengger di posisi Nilai Tertinggi bahkan Terpopuler, tidak jarang menyebabkan orang kehilangan kontrol diri. Sehingga terjadilah apa yang seharusnya tidak boleh terjadi.Â
Bila karena akibat kelalaian sendiri, kita yang menanggung akibatnya seperti tulisan kita dihapus oleh Admin dengan catatan "Tulisan ini dihapus karena melanggar ketentuan", tidak menjadi masalah. Sesuai dengan peribahasa "Tangan mencencang, bahu memikul."
Yang amat disayangkan adalah akibat lepas kontrol diri, tulisan kita telah menghunjam hati orang lain yang disebut dalam tulisan tersebut. Sebagai contoh, saya sengaja tidak mengambil judul tulisan yang ada di Kompasiana ini agar jangan sampai ada yang tersinggung dan merasa dikritik. Contoh saya ambil dari berbagai sumber, termasuk dalam candaan di WAG.
Apalah Artinya Popularitas bila sampai melukai hati seseorang?
"Ternyata suami saya punya simpanan di beberapa tempat."
Judulnya sangat bombastis dan memiliki daya tarik bagi para pembaca. Walaupun inti sesungguhnya adalah bahwa "Ternyata suaminya memiliki simpanan di beberapa bank dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan "wanita simpanan", tetapi bayangkan betapa terluka hati suaminya membaca jokes yang ditulis oleh istrinya sendiri?
"Baru tahu bahwa istri saya masih tetap berhubungan mesra dengan mantan."
Esensial tulisan ini, bercerita tentang istrinya hingga saat ini masih terus berkomunikasi dengan mantan murid-muridnya di SD, walaupun mereka semua sudah berkeluarga. Jadi sama sekali tidak ada hubungannya dengan "mantan pacar" ataupun Pria idaman lainnya.
Tetapi candaan yang mungkin dianggap lucu dan dapat memancing jumlah pembaca, bagaikan menghunjam ke jantung hati istrinya. Dapat dibayangkan, betapa terlukanya hati seorang istri bahwa harkat dirinya, dinodai oleh suaminya sendiri, walaupun "hanya" dalam judul.