Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selama 3 Tahun Penghasilan Isteri Lebih Besar

13 Desember 2020   19:18 Diperbarui: 13 Desember 2020   19:29 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah Sebagai Seorang Suami  Saya Tidak Merasa Malu?

Karena isteri saya sudah menjelaskan secara rinci,tentang pernah secara berturut turut meraih predikat "Champion Honour" di perusahaan asuransi AIG- Lippo, maka tentu tidak perlu lagi mengulangi penjelasan yang sama. Selama tiga tahun berturut-turut, penghasilan isteri saya sebagai Financial Consultant di perusahaan ini. Sudah jelas jauh melampaui penghasilan saya sebagai suami. Bahkan selama 3 kali berturut-turut, saya diajak isteri dengan memanfaatkan Reward yang diperolehnya, sebagai Champion Honour, maka isteri berhak mengajak pendampingnya. Dengan catatan seluruh biaya perjalanan pulang pergi dan akomodasi selama berada di luar negeri ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan.

Kalau menurut lazimnya,seharusnya saya sebagai suami yang mengajak isteri jalan -jalan ke luar negeri, seperti yang dulu setiap tahun aplikasikan  semasa masih menjadi Pengusaha. Tapi kondisi kini sudah berubah arah. Justru saya, sebagai suami yang diajak isteri, untuk ke Shanghai, ke Gold Coast serta ke Perth. 

Apakah Saya Sudah Kehilangan Rasa Malu?

Bayangkan, selama 3 tahun, penghasilan isteri jauh melampau penghasilan saya, sebagai seorang suami. Apakah sebagai seorang suami saya sudah tidak punya rasa malu? Malahan enak banget, nebeng isteri untuk ikut perjalanan keluar negeri? Bisa jadi begitu anggapan orang yang menyaksikan betapa saya tampak santai banget menerima kenyataan seperti ini. Padahal menurut "kata orang", kalau penghasilan isteri jauh lebih besar ketimbang penghasilan suami, dapat menjadikan suami merasa dirinya kerdil dan tak berdaya. Atau setidaknya, seharusnya merasa malu hati terhadap pandangan orang lain. Tapi koq saya kayaknya santai banget? 

Kuncinya Terletak Pada Sikap Isteri

Sejak dari awal isteri saya minta ijin berkerja,maka seluruh penghasilannya, tidak pernah disimpan terpisah.

Pernah saya tanyakan, "Uang penghasilannya mengapa dimasukan ke dalam laci? " Jawab isteri saya "Koko, kita sama-sama bekerja, semua uang adalah milik kita bersama." Mendengarkan perkataan isteri saya, sebagai seorang suami, saya sungguh merasa lega. Bukan masalah uangnya, tapi cara isteri saya menempatkan uang dalam kehidupan kami. 

Suatu hari isteri saya berkata, "Koko, saya rencana mau menawarkan asuransi kepada pak Suwanto, karena hingga saat ini, saya baru mencapai Champion, sedangkan deadline hanya tersisa dua bulan lagi. Kalau cuma dapat Champion, hanya boleh keluar negeri satu orang. Dan saya tidak akan berangkat sendirian tanpa koko (panggilan isteri ke saya)."

Saya terharu mendengarkan kesungguhan hati isteri, bahwa ia lebih suka rewardnya hangus bila hanya berlaku untuk satu orang.

"Temani saya ya, karena tidak elok bila saya datang sendirian" pinta isteri saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun